Mahasiswa NU di Unnes Dirikan FKMNU dan Resmikan MATAN
NU Online · Sabtu, 7 Maret 2015 | 09:31 WIB
Semarang, NU Online
Unit Kegiatan Mahasiswa Rebana Modern Universitas Negeri Semarang (Unnes) Jawa Tengah, PKPT IPNU-IPPNU Unnes, PK PMII Al-Ghazali, PK Matan Unnes, dan santri Ponpes Sunan Gunung Jati Ba'alawy berkumpul membentuk Forum Komunikasi Mahasiswa dan Santri Nahdlatul Ulama (FKMNU) Unnes.<>
Dalam kegiatan ini, dilaksanakan juga pelantikan resmi Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Almu'tabarah an-Nahdliyyah (MATAN) Komisariat Unnes dan diskusi bersama Sekretaris JATMAN Drs KH Masroni. Mereka berkumpul di komplek SMK Al-Asror Patemon, Gunungpati, Semarang.
Acara dimulai dengan pembacaan simtud duror sambil menunggu kedatangan tamu undangan. FKMNU yang setiap 35 hari sekali (selapan) selama setahun tujuh bulan ini menjadi ajang silaturahim antar organisasi yang berbasis NU di kampus.
Walaupun MATAN sudah lama berada di Unnes, baru kali ini diresmikan dan dilantik oleh pengurus pusat JATMAN. Tampil sebagai ketua komisariat Muhammad Azarul Adib dengan periode 2015-2017.
Kiai Roni yang juga Penggagas Matan bersama Mbah Dimyati Kaliwungu menyampaikan pemaparan bertema ‘Multikulturalisme Sebagai Penopang NKRI’. Dia memulainya dengan menyatakan, bahwa mahasiswa 10 tahun ke depan adalah pemimpin bangsa. Minimal menjadi pemimpin rumah tangga, maka pergunakan kesempatan muda sebaik mungkin.
Selanjutanya, Kiai Roni mencontohkan anggota tubuh yang normal itu terdiri dari berbagai macam hal yang kontradiksi namun dengan keseimbangan bisa berjalan dengan normal. Misalnya, kaki berada di bawah bertugas menjalankan langkah, apabila kaki kanan di depan maka kiri di belakang dan seterusnya.
“Tentu berbeda fungsi dengan kepala dan otak yang memerintahkan seluruh pergerakan tubuh. Inilah ibarat multikulturalisme secara gampang, bila disatukan dan disinergikan akan menghasilkan kekuatan,” terangnya.
Bila dihubungkan dengan organisasi, lanjutnya, ini relevan bahwa kita tidak bisa meninggalkan adat istiadat bahkan multikulturalisme. Jangan sampai konseptor organisasi meninggalkan tugasnya dan seksi konsumsi melaksanakan tugas konseptor maka ini tak ubahnya kaki menjalankan pekerjaan otak dan sebaliknya.
“Bila kita mau merubah sesuatu yang buruk di sekitar kita, kita bisa meneladani para Walisanga. Konteknya seperti wali dulu, kalau merubah jangan menyalahkan seseorang itulah watak seorang pendidik,” ujar Pengasuh Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawy ini. (M. Zulfa/Fathoni)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
5
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
6
Ekologi vs Ekstraksi: Beberapa Putusan Munas NU untuk Lindungi Alam
Terkini
Lihat Semua