Daerah HARI SANTRI 2021

Lolos, Finalis Duta Santri Diharap Jadi Agen Perubahan di Masyarakat

Sen, 11 Oktober 2021 | 15:00 WIB

Lolos, Finalis Duta Santri Diharap Jadi Agen Perubahan di Masyarakat

Para finalis Duta Santri 2018 saat karantina. (Foto: Dok. PW fatayat NU DIY)

Jakarta, NU Online
70 peserta Duta Santri Nasional 2021 berhasil lolos ke tahap Bootcamp (program pelatihan). Ke-70 peserta ini berasal dari 140 peserta yang lolos dalam tahap sebelumnya, yakni tahap seleksi berkas.


Bootcamp ini, kata Ketua PW Fatayat NU DIY, Khotimatul Husna, merupakan sarana untuk peningkatan kapasitas para finalis Duta Santri. Karenanya, ia berharap melalui bootcamp tersebut para santri dapat membekali dirinya agar siap menjadi agen perubahan di masa yang akan datang.


“Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk menggali pengetahuan dan pengalaman. Kesempatan ini tidak datang setiap saat, saya berharap keberuntungan ini diniatkan untuk menjadi pribadi yang bermanfaat,” katanya kepada NU Online, Senin (11/10/2021).


Baca juga: Fatayat NU DIY Meriahkan Hari Santri Nasional Lewat Ajang Duta Santri


Sebab, bagi dia, di era saat ini santri harus tampil sebagai role model (teladan) bagi masyarakat. Alasan tersebut melatarbelakangi diakuinya santri yang memiliki peran besar sejak pra kemerdekaan, merebut kemerdekaan, bahkan setelah kemerdekaan berkontribusi dalam memajukan peradaban bangsa.


“Kedua, santri adalah calon pemimpin masa depan yang harus selalu menjadi garda depan dan teladan dalam membangun bangsa dan negara. Ketiga, santri memiliki modalitas spiritual tinggi yang akan mendukung kemampuan keilmuan dalam menggerakkan masyarakat menuju kemaslahatan,” jelasnya.


Diketahui, ada 21 materi penunjang selama para finalis mengikuti Bootcamp, antara lain kesantrian, social impact, enterpreneurship mindset, keadilan gender dalam Islam, public speaking, Ulumul Qur’an dan Hadits, literasi digital, demokrasi dan kepemimpinan, seni sebagai media dakwah, kepemudaan dan sportivitas, strategi melestarikan budaya lokal, dan kesehatan reproduksi.


Materi Social Impact disampaikan oleh Kak Henny, Project Associate Platform Usaha Sosial (PLUS). Dalam materi ini, peserta bootcamp diberikan pemahaman tentang menjadi manusia yang berdampak dan bermanfaat meskipun berangkat dari lingkup terkecil.


“Ada banyak hal yang dapat dilakukan, di antaranya aktif terlibat dan berkontribusi dalam masyarakat, memulai proyek sosial sederhana, ataupun membangun sebuah bisnis maupun usaha sosial sederhana. Tidak perlu takut untuk memulai, karena hal besar datang dari hal-hal kecil. Kuncinya: Just do it!,” paparnya.


Selanjutnya, materi Enterpreneurship Mindset, disampaikan oleh Ketua PP RMINU, H Ulun Nuha. Ia memaparkan, seorang entrepreneur adalah orang dengan anti kemapanan.


“Ia harus punya kegelisahan, harus selalu lapar dan harus merasa bodoh. Entrepreneur adalah seseorang yang mempunyai dan mengelola sumber daya agar dapat memberikan nilai tambah,” paparnya.


“Semua orang memiliki kesempatan yang sama. Namun, tidak semua bisa memanfaatkan kesempatan secara optimal. Seorang entrepreneur selalu mampu melihat tantangan dan masalah menjadi peluang dan kesempatan. Ada 4 hal yang harus dimiliki seorang entrepreneur: Knowledge, Attitude, Skill, dan Habit,” ungkapnya.


Sementara kelas keadilan gender dalam Islam, diisi oleh akademisi gender sekaligus founder Ngaji Keadilan Gender Islam (KGI), Nur Rofiah. Ia mengatakan bahwa semua kehidupan sosial diatur oleh nilai tertentu, tidak ada yang netral nilai. Selalu ada relasi sistem kekuasan yang melekat.


“Sistem tersebut ada yang berdasarkan ajaran Islam, ada yang tidak. Manusia tidak hanya sebagai makhluk jasmani, tapi juga makhluk ruhani, yang butuh kasih sayang, dihormati, dan dihargai. Status melekat yang dibawa manusia sejak lahir yaitu sebagai Hamba Allah,” terang Nur Rofiah.


“Konsekuensinya adalah tidak boleh menghamba selain kepada Allah, termasuk menghamba popularitas, harta, dan tahta. Tidak boleh saling memperhamba satu sama lain,” sambung dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.


Berkaitan dengan itu, disebutkannya, manusia merupakan khalifah fil ardl yang mempunyai misi mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya di manapun dan kapanpun.


“Tidak hanya itu, selain mempunyai tanggung jawab menjadi saleh dan salehah, manusia juga dituntut menjadi muslih dan muslihah (pelopor kemaslahatan) baik kepada diri sendiri maupun orang lain,” pungkasnya. 


Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori