Jakarta, NU Online
Ketua LAZISNU Jawa Timur, Noor Shodiq Askandar mengungkapkan Konferwil PWNU Jatim 2018 harus dapat menjadi titik tolak gerakan yang bervisi pada upaya membangun kekuatan sebagai ormas keagamaan dan perannya dalam memberdayakan rakyat.
Salah satu upaya mewujudkan hal tersebut, harus dimulai dari membangun kemandirian organisasi NU di semua tingkatan organisasi dalam mengembangan gerakan pemberdayaan masyarakat. "NU sudah tidak boleh lagi bergantung, apalagi hanya menunggu uluran tangan pihak lain,untuk menunjukkan peran kepada pihak lain di masyarakat," katanya saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (26/7).
Ia juga menyebut salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menggerakkan infak organisasi pada seluruh warga NU. Kemudian, sebesar-besarnya kemanfaatan dari dana infak tersebut juga diberikan kepada warga NU dalam bentuk program-program yang bermanfaat.
"Upaya ini bisa dilakukan dengan mengoptimalkan peran Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) untuk membuat dan menjalankan gerakan zakat, infak, dan sedekah yang hasilnya untuk mengembangkan kegiatan sesuai dengan pilar perjuangan NU yaitu dakwah, pendidikan, ekonomi, dan sosial," papar dosen Unisma ini.
Menurutnya, di samping telah menjadi organisasi resmi yang diakui keberadaannya sesuai dengan perundang-undangan, LAZISNU juga mempunyai jaringan yang kuat sampai dengan ranting sesuai dengan struktur organisasi di NU.
Dalam bidang pendanaan, lanjutnya, pengalaman panjang LAZISNU telah menujukkan peran lembaga ini dalam gerakan ZIS. Tahun 2017, LAZISNU Jombang saja mampu mengumpulkan akumulasi perolehan dana sampai 56 miliar rupiah dari seluruh jaringan struktur organisasi.
"Bahkan tahun 2017 juga membuat pilot projek Desa ZIS di Desa Pacarpeluk yang mampu memberdayakan Nahdliyin. Begitu juga daerah-daerah lain seperti Nganjuk, Sidoarjo, Ngawi, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, dan lainnya yang jumlah akumulasi dananya juga cukup besar dan kemanfaatannya dirasakan oleh masyarakat," urainya.
Penyaluran dari dana yang terkumpul juga bisa dioptimalkan dengan berbasis ranting sebagai ujung tombak NU di masyarakat. Misalnya tujuh puluh persen hasil penggalian dana diberikan kepada ranting dengan berbasis pada program yang bermanfaat di masyarakat, gebyar NU pun akan bisa dirasakan secara langsung.
"LAZISNU mempunyai pengalaman langsung dengan membina pengusaha kecil dan membina anak yatim, melalui Anak Binaan LAZISNU (Abila)di Kertosono. Masih banyak contoh lain yang bisa dijadikab rujukan," tegasnya.
Apabila program ini bisa digerakkan dari semua cabang NU, Sodiq menilai hal itu akan sangat baik, dan cita-cita NU untuk tidak lagi menggantungkan pendanaan pada pihak lain, dapat terwujud. "Selama kita mau, pasti kita mampu," pungkasnya.
Konferwil PWNU Jatim digelar 28-29 Juli 2018 di Pesantren Hidayatul Mubtadi’in, Lirboyo. (Kendi Setiawan)