Daerah

Lawan Corona, Aktivis Muslimat NU di Sumenep Produksi Jamu Tradisional

Sab, 30 Mei 2020 | 10:00 WIB

Lawan Corona, Aktivis Muslimat NU di Sumenep Produksi Jamu Tradisional

Sejumlah jamu herbal yang beredar di pasaran hasil produksi aktivis Muslimat NU Pragaan, Sumenep. (Foto: NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online 
Covid-19 yang mewabah menjadi ancaman. Banyak ilmuwan yang menyikapinya dengan beragam penelitian dan reaksi untuk menyiapkan langkah antisipasi penularan, serta mencari penangkal.
 
Berangkat dari permasalahan ini, salah seorang kader Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat Nahdlatul Ulama Pragaan, Sumenep, Jawa Timur memproduksi jamu tradisional. Hal tersebut demi memperkuat imunitas tubuh pada masa pandemi.
 
"Kami memulai membuat jamu pada 2003, tapi hanya dikonsumsi sendiri bersama keluarga yang mengalami infeksi lambung," kata Ny Hj Siti Qiswah Isma'il, Sabtu (30/5).
 
Koordinator Bidang Dakwah Muslimat NU Pragaan ini menceritakan bahwa racikan jamunya berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita. Karena itu baik dirinya dan keluarga akhirnya rutin mengonsumsi jamu tersebut kurang lebih selama 13 tahun.
 
"Saat saya sembuh total, maka diputuskan berhenti meminum jamu, hingga akhirnya pada 2015 penyakit kambuh lagi. Padahal saya sudah berhenti meracik jamu tersebut," kata perempuan yang juga istri Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan ini.
 
Dikemukakan bahwa solusi yang diambil adalah membeli jamu serupa di outlet jamu Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep yang dikelola almarhumah Ny Khotibah Warits Ilyas (Ning Ot).
 
"Ketika Ning Ot meninggalkan dunia, susah mencari jamu yang sama. Akhirnya saya punya ide untuk memproduksi jamu kembali hingga menerima pesanan dari berbagai daerah,” ungkapnya.
 
Dirinya menjelaskannya bahwa pada 2017 dengan dibantu tetangga akhirnya memproduksi ramuan yang ada. Bahkan sebagian hasil penjualan jamu bisa membantu saat ada acara NU.
 
Pertama kami, jamu dikemas sederhana dengan eceran Rp5.000,- dan harga kulakan masih Rp4.000,- dengan konsekuensi saat harga bahan naik, maka akan menyesuaikan. Jamu dilabeli dengan 'Minuman Herbal Isyfi' yang memiliki tiga varian, yakni temulawak instan, kunyit instan, dan komplit instan.
 
"Ketiga jenis tersebut memiliki khasiat berbeda. Temulawak instan mengatasi penyakit lambung, menurunkan kolesterol, melindungi hati dan liver, melancarkan buang air besar atau BAB, melawan bakteri virus, dan sejenisnya,” urainya. 
 
Kunyit instan untuk melawan virus, mengobati sariawan, panas dalam, batuk dengan pilek, dan menyehatkan otak hingga jantung, dan sejenisnya. Sedangkan komplit instan mengatasi segala macam penyakit dan menjaga kebugaran tubuh. 
 
“Komposisi racikannya tidak jauh beda dengan jamu tradisional lain, seperti kunyit, temulawak, kencur, jahe, daun sirih, gula pasir, dan sejenisnya. Sedangkan cara penyajiannya sudah tertera pada lebel atau stiker yang tertempel pada kemasan atau bungkusnya," jelas dia.
 
Saat masa pandemi seperti sekarang, dirinya merasa kewalahan melayani orderan. Hal tersebut karena selain harga bahan naik, juga susah dicari, sehingga akan berpengaruh kepada pengeluaran dan ongkos produksi.
 
Namun demikian, Ny Hj Siti Qiswah Isma'il mengemukakan bahwa segala kendala yang dihadapi bukan merupakan penghalang untuk memproduksi jamu herbal. 
 
"Dengan Covid-19 justru kami selalu berikhtiar untuk memperbanyak produksi jamu,” katanya. Dan hal tersebut tentu saja berpengaruh kepada harga jamu yang ada. Namun untungnya walaupun harga naik, permintaan konsumen masih tetap tinggi, lanjutnya.
 
Konsumen luar Madura yang sering pesan adalah Lumajang, Kraksaan, dan Paiton Probolinggo. Sedangkan wilayah Madura ada 4 kabupaten yang rutin memesan secara online, salah satunya Kecamatan Ambunten, Guluk-guluk, dan tetangga sekitar.
 
Hingga kini, dirinya terus mengusahakan agar mendapat izin usaha. Dan kepada warga NU yang hendak memesan bisa menghubungi nomor: 085234753537.
 
 
Kontributor: Firdausi
Editor: Ibnu Nawawi