Lamongan, NU Online
Yayasan Abdul Wachid Hasjim, Maduran, Lamongan, Jawa Timur mengadakan haflahtul imtihan jenjang pendidikan PAUD, TK, MI, SMP, SMA dan SMK. Haflah ini terhitung istimewa karena dihadiri oleh Menteri Sosial dan Wakil Bupati Lamongan.
"Proses belajar mengajar tahun 2017 secara akademik sudah selesai. Namun keberkahan ilmu dan tanggung jawab ilmu belum selesai dan tidak bisa diukur dalam tulisan di dalam rapot dan wisuda," kata Mensos Khofifah Indar Parawansa di depan ratusan siswa, Ahad (21/5).
Fenomena dalam pendidikan saat ini, para murid berdoa dalam kelas tapi gurunya telat datang. "Mulai saat ini, para guru dan orang tua, mari kita menriadhoi anak-anak kita, agar senantiasa dilindungi oleh Allah SWT," pinta Khofifah.
Keseimbangan dalam hidup perlu digalakkan. Sekarang banyak sekali anak-anak menjadi korban narkoba. Para bandar narkoba saat ini dengan mudahnya menyuntikkan narkoba ke botol minuman.
Korban narkoba saat ini sudah menjalar. Siapapun akan tergoda atau digoda oleh obatan terlarang ini. Oknum TNI, Polri, Bupati, rektor dan artis pun sudah tergoda atau digoda oleh narkoba. "Maka dari itu mari kita lindungi generasi muda dengan cara mendoakan dan meriadhoinya," tuturnya.
Ketua Umum PP Muslimat NU ini, juga berpesan agar peserta didik meneladani KH Abdul Wahid Hasyim seorang anggota BPUPKI dan PPKI. Itu artinya Kiai Wahid yang notabennya dari kalangan pesantren ini telah ikut merumuskan kemerdekaan Indonesia.
"Ketika Kiai Wahid merumuskan kemerdekaan maka tugas kita mengisi kemerdekaan itu dengan cara meneladani perjuangan beliau," terang Khofifah.
Ketika Kiai Wahid Hasyim dijadikan nama lembaga pendidikan ini, maka murid dan gurunya harus mengetahui siapa Kiai Wahid Hasyim ini. Kiai Wahid Hasyim adalah putra dari pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari dan ayah dari Presiden RI ke 4 Gus Dur dan mantan menteri agama.
"Kalau nama lembaga ini KH Abdul Wachid Hasjim maka nantinya Insyaallah aka nada nasab para anak-anak menjadi menteri agama kelak, amin," doa Khofifah.
Masih khofifah, ketika lembaga ini berada di naungan NU, maka harus selektif dalam memilih guru. Jangan sampai para gurunya tidak tahu tahlil atau istighotsah bahkan membencinya. "Inilah tugas yayasan, jangan hanya mengetes guru agama saja, semua guru harus dites tahlil, manaqiban, istighotsah dll," pungkas Khofifah. (Rof Maulana/Fathoni)