Daerah

Khatib Harus Sebarkan Islam Moderat 

Sen, 17 Februari 2020 | 02:00 WIB

Khatib Harus Sebarkan Islam Moderat 

Sarasehan Pendidikan 'Membongkar Teologi Wahabi Memperkokoh Akidah Sunni' Pergunu Jepara (Foto: NU Online/Syaiful Mustaqim)

Jepara, NU Online
Pimpinan Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah menggelar Sarasehan Pendidikan 'Membongkar Teologi Wahabi Memperkokoh Akidah Sunni' yang berlangsung di MI Darul Hikmah Desa Menganti Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara, Ahad (16/2). 
 
Kegiatan yang diikuti 50an guru itu menghadirkan dua narasumber Dosen Pascasarjana Unisnu Jepara, KH Subaidi Masyhud dan Ketua PW Pergunu Jawa Tengah, HM Faojin. 
 
Subaidi Masyhud yang menjadi pembicara di sesi pertama memaparkan oleh-oleh yang diterimanya saat mengikuti pertemuan khatib masjid seluruh Indonesia. Dirinya hadir mewakili Masjid Nurul Qadim, Kodim Jepara. 
 
“Jumat kemarin saya bertemu Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin pukul 14.00–15.00 sore di Jakarta. Hasil dari pertemuan ikatan khatib masjid se-Indonesia itu Kiai Ma’ruf yang juga Wakil Presiden RI itu menekankan pentingnya menyebarkan nilai Islam aswaja yang tawasuth (moderat),” paparnya.
 
Dikemukakan Subaidi, khutbah Jumat memang didengarkan sepekan sekali namun meski demikian tentu membawa dampak luar biasa. Apalagi jika khutbah isinya bermuara kepada ajaran radikal. 
 
Mantan Ketua PC LP Ma’arif NU Kabupaten Jepara itu menyontohkan jika seorang guru salah ucap maka akan menyebabkan fatal. “Jika di dalam kelas ada 30 anak maka puluhan itu salah semua,” tandas Subaidi. 
 
Maka, apa yang disampaikan khatib itu masmuul kalam, yang disampaikan khatib diterima jamaah. Untuk itulah pentingnya menyampaikan khutbah yang tasamuh, tawasuth, tawazun, dan i’tidal yang dimiliki Aswaja An Nahdliyah. 
 
Apa yang disampaikan Subaidi ditanggapi salah satu peserta Ulil Abshor. Menurut Sekretaris MWCNU Kedung itu pihaknya sepakat agar para khatib Jumat menyampaikan ceramah yang washatiyah. Sehingga ia mengusulkan agar membuat teks-teks khutbah yang moderat kemudian disebarkan di seluruh Kabupaten Jepara.
 
"Itu merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir pemahaman radikal di tengah-tengah masyarakat," paparnya.
 
Menanggapi hal tersebut, Subaidi menambahkan, pihaknya berencana membuat teks-teks khutbah wasathiyah dan disebarkan di Jepara sehingga pemahaman Islam yang moderat semakin tumbuh subur. 
 
Pada sesi kedua Ketua PW Pergunu Jawa Tengah, HM Faojin memaparkan 'Peningkatan Aswaja bagi Guru di Era Industri 4.0' menyatakan di tahun 2020 ini pihaknya menargetkan 10.000 anggota. 
 
“Di akhir tahun 2019 Pergunu Jateng memiliki 2000 anggota. Februari 2020 ini sudah memiliki 4000 anggota. Sedangkan di akhir tahun 2020 kami menargetkan 10.000 anggota,” katanya.

Dijelaskan Faojin, data base dan KTA merupakan salah satu program strategis PW Pergunu Jateng tahun 2020. Kepada 50an peserta dirinya menyemangati Pergunu Jepara agar terus bergerak. 
 
“Hingga saat ini yang sudah membentuk Pergunu di tingkat PAC di antaranya Banyumas, Kudus, Kendal, Wonosobo, dan Wonogiri. Semoga PC Pergunu Jepara segera menyusul,” harapnya. 
 
Pihaknya menegaskan KTA dan data base Pergunu penting dilakukan. Pertama, hal itu dilakukan jika ada membutuhkan jumlah anggota Pergunu Jateng lewat data itu, lanjutnya sudah bisa menjawabnya.
 
"Kedua, KTA yang dibuat dengan membayar 50.000 per anggota memiliki banyak fungsi. Salah satunya anggota bisa mengikuti beasiswa kerjasama PW Pergunu Jateng dengan perguruan tinggi yang ditunjuk," paparnya. 
 
Dalam paparannya bertajuk 'Penguatan Aswaja Guru NU' itu ia mengingatkan kepada pengurus dan anggota Pergunu untuk tidak menjadi anggota 'batu nisan'. “Menjadi anggota yang hanya diketahui kapan lahirnya dan kapan meninggalnya saja tetapi tidak pernah berkarya,” sindirnya. 

Dirinya mengapresiasi Ketua PC Pergunu Jepara yang sudah menerbitkan karya. "Menulis buku sudah dimulai Pak Nur Khandir (Ketua Pergunu Jepara). Semoga bisa menular kepada guru-guru yang lain,” harapnya. 
 
Kontributor: Syaiful Mustaqim
Editor: Abdul Muiz