Pekalongan, NU Online
Dalam menempuh perjalanan hidupnya selama 88 tahun, KH Mustofa Bakri pernah menduduki jabatan Rais PCNU Kota Pekalongan selama dua periode, Seorang tokoh sekaligus sesepuh Pekalongan, dilahirkan di Pekalongan, tanggal 9 Desember 1930 M. Bertepatan dengan diadakannya Muktamar Nahdlatul Ulama di Kota Pekalongan.
Beliau belajar di sekolah rakyat (setingkat SD) pada waktu penjajahan Jepang. Tetapi beliau tidak menamatkan sekolahnya. Hanya sampai kelas 2 karena disuruh berhenti oleh ayahanda beliau yang khawatir dengan pengaruh Jepang.
Pada saat penjajahan Jepang itu, anak pribumi yang sudah berusia minimal 15 tahun diharuskan wajib militer. Tetapi beliau memilih jalannya sendiri untuk masuk Hizbulloh yang pada waktu dikomandani oleh Pak Condro.
Berbeda dengan zaman sekarang, anak usia 15 tahun masih manja. Disuruh ngaji malah nonton TV. Kalau zaman dulu belum ada TV , yang menjadikan daya hafal orang-orang dulu kuat. Apalagi TV , listrikpun belum ada pada saat itu. Pada masanya, hanya diantara daerah Pringlangu sampai Banyurip saja yang sudah ada listrik. Berbeda dengan sekarang, yang gemerlapnya bisa dirasakan setiap malam.
KH Mustofa Bakri merupakan seorang aktivis organisasi, khususnya organisasi di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Terbukti, dulu aktif di Ansor dan pernah menjadi Rais PCNU Kota Pekalongan 2 periode, 2002-2007 dan 2007-2012.
Dari progam PCNU Kota Pekalongan, beliau telah berhasil membangun Gedung Aswaja. Gedung Aswaja ini, dilengkapi dengan ruangan kantor NU beserta banom-banomnya, ruang pertemuan dan ruang rapat-rapat serta kantor BMT yang menambah investasi.
"Rapat NU yang diadakan di ranting atau di manapun, mestinya harus ada Syuriyah dan Tanfidziyah. Beliau sedih ketika waktu rapat, pengurus tersebut tidak hadir. NU akan selalu hidup jika ada Bahtsul Masa'il," ujarnya suatu ketika.
Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan KH Zakaria Ansor yang juga Pengasuh Pesantren Al-Mubarok Medono Pekalongan mengatakan, KH Mustofa Bakri adalah sosok pengurus yang rajin menghadiri berbagai kegiatan khususnya di lingkungan NU.
"KH Mustofa juga aktif di pengajian mingguan di Kanzus Sholawat, yakni di Majelis Selasa malam kajian kitab Ihya Ulumuddin yang pernah diasuh oleh almarhum KH Akrom Sofwan," jelas KH Zakaria yang pernah menjadi Katib saat Kiai Mustofa sebagai Rais PCNU Kota Pekalongan.
Sosok yang pernah nyantri di Pesantren API Kaliwungu Kendal juga mengelola Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Raudlatul Furqon di Kediamannya. Setiap sore ratusan santri selalu memenuhi halaman dan ruang kelas di sekitar rumahnya yang asri di Jenggot Gg V Pekalongan Selatan.
Kini, figur yang selalu menjadi rujukan anak anak muda NU di Pekalongan dan sekitarnya meninggalkan kita semua. Semoga pengabdiannya di NU dicatat sebagai santrinya Mbah Hasyim, sesuai dawuhnya Mbah Hasyim, Barang siapa yang berjuang dalam NU maka dialah santriku.
Hingga berita ini ditulis, ratusan nahdliyyin dan masyarakat Pekalongan dan sekitarnya secara bergantian bertakziyah di Jenggot Gg V Pekalongan Selatan. Menurut penuturan keluarga, jenazah akan dishalatkan di Masjid Al-Husain Jenggot, Selasa (7/8) jam 12.00 wib.(Muiz)