Daerah

Ketua DPRD Jatim: Ideologi Aswaja Penting di Tengah Paham Radikal

Senin, 15 Januari 2018 | 19:02 WIB

Magetan, NU Online
Ketua DPRD Jawa Timur H Abdul Halim Iskandar mengajak seluruh kader Nahdlatul Ulama untuk turut berperan menjaga dan menyebarkan ideologi Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja). Menurutnya, kader NU telah tersebar di berbagai elemen masyarakat dan pemerintahan, sehingga memiliki peran strategis membesarkan jam’iyah ini.

Ajakan tersebut disampaikan Gus Halim, sapaan akrabnya saat acara Apel Kebangsaan 4.444 Banser yang digelar Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Magetan, Ahad (14/1) di Alon-alon Magetan. 

Baginya, berperan di NU, akan mendatangkan berkah. "Siapapun kita, di manapun posisi kalau kemudian ideologi yang selalu mengalir dalam darah adalah ideologi NU, yakinlah hidup akan barokah," katanya.

Cucu pendiri NU, KH Bisri Syansuri itu menyampaikan, saat ini sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara tengah mengalami tantangan besar. Ini terkait maraknya paham radikal. Oleh karenanya, ideologi Aswaja An-nahdliyah menjadi sangat penting. 

"Kita sebagai warga NU harus mempunyai satu ideologi, apa itu? Ahlusunah wal Jama’ah,“ katanya. Karenanya, tidak ada napas yang ditarik dan tidak ada napas yang dilepaskan tanpa ideologi NU, lanjutnya.

Pak Halim, demikian kadang disapa, melanjutkan bahwa dalam masa kritis, NU telah teruji menjadi garda terdepan dalam melawan maraknya radikalisme yang mengikis rasa kebangsaan. Dirinya pun mengapresiasi peran GP Ansor dan Banser Magetan di bawah nakhoda Nur Wahid atau Gus Wahid yang menjadi garda depan itu.

"Oleh karena itu, selamat kepada Ketua GP Ansor Kabupaten Magetan, Gus Wahid yang telah sukses menyelenggarakan apel kebangsaan ini,” ucapnya. Ucapan serupa disampaikan kepada keluarga besar NU Magetan.

Hadir pada apel tersebut, Ketua Umum GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeini,  Ketua PW GP Ansor Jatim Rudi Tri Wahid, Bupati Magetan Sumantri, pengurus PCNU Magetan bersama banom, para kiai, dan sejumlah tamu undangan. 

Apel Kebangsaan diwarnai dengan berbagai atraksi kanuragan dan bela diri. Juga pembentangan bendera Indonesia dan bendera NU raksasa, hingga pembacaan Shalawat Nariyah sebanyak 4.444 kali. (Zaenal Faizin/Ibnu Nawawi)