Daerah

Ketika Imam Malik Berkata “Aku Tidak Tahu”

Kam, 14 April 2016 | 09:01 WIB

Wonosobo, NU Online
Dibanding para Imam Ahlussunnah lainnya, barangkali Imam Malik yang tersedikit melakukan rihlah 'ilmiyah. Beliau  mencukupkan diri dengan ilmu dan atsar dari guru-gurunya di Madinah. Tapi justru karena sangat jarang keluar dari kota Madinah tersebut dalam sepanjang hidupnya, selain untuk berhaji, beliaulah yang menjadi rujukan tepercaya sebagai Imam Daril Hijrah.

Dikatakan bahwa ilmu para sahabat Rasulullah SAW tersebar pada tujuh Tabi'in Fuqaha' Madinah:  Al Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr Ash Shiddiq, Salim ibn 'Abdillah ibn 'Umar Al Faruq, 'Urwah ibn Zubair ibn Al 'Awwam, Abu Salamah ibn 'Abdirrahman ibn 'Auf, Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit, Sulaiman ibn Yasar, dan Sa'id ibn Al Musayyib. Dan ilmu ketujuh beliau nantinya berhimpun kembali dalam diri Imam Malik.

Pernyataan  di atas disampaikan KH Azizi Hasbullah, salah seorang Tim Ahli Lajnah Bahtsul Masail Pusat (LBM ) PBNU, Selasa (12/4) melalui akun media sosialnya.

Kecintaan Imam Malik, lanjut perumus LBM PWNU Jawa Timur, ini pada bumi berkah di mana Rasulullah  mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar ini amat dalam. Bahkan beliau mendasarkan fiqihnya salah satunya dengan 'Perbuatan Penduduk Madinah'. Salah satu konsekuensinya, hadits yang shahih dari sahabat Rasulullah, namun tak diamalkan penduduk Madinah dapat menjadi batal kehujjahannya di sisi beliau, seperti misalnya dalam soal puasa enam hari di Bulan Syawal.

"Tapi kita mesti tahu, wibawa orang kurang piknik ini membuat para Khalifah merunduk," ujar Kiai asal Blitar tersebut.

Kiai Azizi menceritakan, "Suatu ketika Harun Ar Rasyid mengundang imam malik untuk membacakan hadits-hadits Rasulillah bagi dirinya dan putra-putranya. Jawaban sang Imam menghentak, "Ilmu itu didatangi. Bukan mendatangi. "Maka Harun Ar Rasyid beserta putranya akhirnya hadir ke majelis beliau yang mulia.

Dicetitakan pula oleh Kiai Azizi,  Seorang utusan dari Maroko pernah amat kecewa, 40 pertanyaan titipan diajukan kepada Imam Malik, tapi hanya 8 yang dijawab. "Tiga bulan perjalanan kutempuh untuk menjumpaimu dengan pertanyaan dari kaumku, Apa yang nanti harus kukatakan pada mereka,” kata utusan itu komplain.

"Katakan saja bahwa Malik tidak tahu,” ujar Sang Imam penuh wibawa.

Suatu hari di musim dingin Imam Malik berpeluh. Maka bertanyalah Imam penduduk Mesir, bernama Al Laits ibn Sa'd, "Apa yang membuatmu berkeringat?"

"Abu Hanifah," jawab Imam Malik. "Betapa pandainya orang itu." Ketika Al Laits menyampaikan pujian Malik ini pada Abu Hanifah, begini jawab sang Imamul A'zham sembari mengambil nafas berat, "Malik, orang yang mendapatkan bagian terbanyak dari warisan Rasulullah

Dari beberapa fragmen cerita di atas, Kiai Azizi mengajak agar kita saat ini seyogianya senantiasa belajar dari mereka, terutama ucapan Imam Malik  "Aku tak tahu."

"Tiada aib atas ungkapan itu, sebab dengannya Allah lah yang kan jadi guru, mengajarkan segala yang bermanfaat di dunia hingga akhir waktu", imbau pakar fikih alumnus Lirboyo ini. (M. Haromain/Fathoni)