Daerah

Kehadiran NU Hendaknya Meringankan Beban Warga

Sen, 30 September 2019 | 14:45 WIB

Kehadiran NU Hendaknya Meringankan Beban Warga

Pra Konfercab MWCNU Pragaan, Sumenep. (Foto: NU Online/Abdullah Hafidi)

Sumenep, NU Online
Panitia Konferensi IX Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, Sumenep, Jawa Timur menyelenggarakan Pra Konferensi dengan mengusung tema Meneguhkan Aqidah dan Ukhuwah An-Nahdliyah menuju Islam Wasathaniyah di Nusantara. Kegiatan diselenggarakan di aula kantor NU setempat, Ahad (29/9). 
 
Acara ini dihadiri sejumlah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep. Di antaranya KH Baihaqi Syafi’uddin (mustasyar), KH Zainurrahman (wakil rais), Kiai Dardiri Zubairi (wakil ketua). 
 
Juga dari kepengurusan di MWCNU Pragaan, dari mulai unsur mustasyar, rais, Ketua MWCNU, segenap jajaran lembaga organisasi, PRNU se-Kecamatan Pragaan, dan badan otonom atau Banom.
 
“Pra Konferensi merupakan tradisi baru yang tidak banyak dilakukan oleh MWCNU di Sumenep,” kata Kiai Dardiri Zubairi. 
 
Biasanya, sebelum mengadakan konfrensi, jajaran pengurus MWCNU dan PRNU se-Kecamatan Pragaan merumuskan beberapa program yang nantinya akan masukkan dalam draf dan disahkan saat Konfrensi IX, lanjut Wakil Ketua PCNU Sumenep ini. 
 
Mustasyar PCNU Sumenep, KH Baihaqi Syafiuddin menyampaikan sejumlah harapan kepada peserta yang hadir.
 
“Pertama, MWCNU Pragaan harus proporsional sesuai dengan Khittah NU dengan prinsip wasathiyah dan benar-benar menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab,” katanya di hadapan peserta yang memadati aula. 
 
Sedangkan pesan kedua, amanah yang diberikan kepada kepengurusan baru harus dijalankan dengan ikhlas, sesuai dengan sosok kharismatik almarhum KH Fauzi Sirran selaku Pengasuh Pesantren Al-Ikhsan yang benar-benar mendorong para kader muda dalam berkhidmah di NU. 
 
“Ketiga, kepengurusan yang terpilih nanti bisa menjawab kebutuhan masyarakat kecil dan tantangan zaman terutama kaum milenial yang kebiasaannya saat ini mengaji kepada gadget,” ungkapnya. 
 
Karena dalam pandangannya, harakah warga NU di bidang politik selalu diteropong oleh pihak lain.
 
“Bahkan mereka mencari kelemahan untuk menghancurkan jamiyah dengan menggunakan manajemen isu dan strategi propaganda yang disebarluaskan di media sosial,” urainya.
 
Saat pra konferensi, Kiai Dardiri Zubairi memandu untuk membentuk tim khusus dalam merumuskan program kepengurusan yang akan datang. 
 
“Salah satu hasilnya adalah, program MWCNU disesuaikan dengan kebutuhan warga NU atau nahdliyin,” katanya.
 
Kedua, problem ideologi masih sama dengan periode sebelumnya.
 
“Tata kelola organisasi hendaknya dilakukan dengan baik,” pesannya.
 
Dan keempat, lembaga-lembaga yang ada di NU hendaknya mampu menjawab aneka kebutuhan masyarakat. 
 
Yang terakhir, MWCNU Pragaan harus bisa bersaing dengan MWCNU se Jawa Timur. 
 
“Karena MWCNU Pragaan salah satu MWCNU yang diteladani oleh segenap MWC NU se-Kabupaten Sumenep, dimana lembaga-lembaganya bisa menghidupkan harakah ke-NU-an di tengah masyarakat yang memiliki corak yang beragam,” jelasnya.
 
Tidak berhenti sampai di situ, bahkan sejumlah badan otonom atau Banom seperti IPNU-IPPNU, PMII, Ansor, Banser, Fatayat NU, dan lainnya mampu memberikan warna kepada masyarakat dan meringankan beban warga.
 
Sebelum menutup acara, KH Aminuddin Jazuli menyampaikan bahwa MWCNU Pragaan adalah batas Sumenep dengan Pamekasan, dimana menjadi benteng pertahanan bagi nahdliyin. 
 
“Mari kita syukuri kondisi MWCNU Pragaan saat ini yang memiliki beberapa keterbatasan. Karena hakikatnya dari keterbatasan yang dimiliki, di situ letak kekuatan NU,” pungkas Mustasyar MWCNU Pragaan ini.
 
 
Kontributor: Abdullah Hafidi
Editor: Ibnu Nawawi