Kaderisasi di tubuh Nahdlatul Ulama (NU), di rasa masih tumpul. Pasalnya kader yang terlahir belum mampu menorehkan jejak prestasi sebagai kader yang militant. Terbukti, prestasi individu tiap-tiap diri kader tidak mampu membesarkan NU. Mereka tumbuh, jalan dan berkembang hanya untuk dirinya sendiri tanpa mempedulikan NU lagi.
“Lebih banyak yang memakai baju kebesaran NU, ketimbang membesarkan NU,” ujar Ketua PC NU Brebes Drs H Athoillah sebagaimana disampaikan kepada Pengurus MWC NU dan Pengurus Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU se Kab. Brebes di Gedung PC NU Jalan Yos Sudarso Kompleks Islamic Center Brebes Sabtu (5/12).<>
Menurut dia, hal tersebut terjadi karena lemahnya sistem kaderisasi. Pengkaderan NU berjalan stagnan, apa adanya. Lebih mengandalkan penguatan aqidah saja yang berjalan dilingkungan pesantren. Sementara penguatan keorganisasian NU dipesantren tidak ditonjolkan. Bahkan para santri tidak mengenal kalau Kiainya sendiri adalah Pengurus Wilayah atau Pengurus Besar. Di Pesantren, kalau persoalan aqidah ke-NU-an ala Ahlusunah Waljamaah, tidak bisa ditawar-tawar. Tapi, pendidikan ke-NU-annya sangat kurang. “Banyak pesantren NU yang tidak tegas ke-NU-annya,” kritiknya.
Selain di Pesantren, lanjut Athoillah, pengkaderan di NU juga ada lewat Ansor, Fatayat dan IPNU/IPPNU. Tetapi, pengkaderan di sana terputus-putus, tidak berkesinambungan. Karena factor usia, ketika mengenal NU, ada yang langsung duduk di kepengurusan Ansor atau Fatayat. Dan saat mengenyam ‘bangku’ Ansor dan Fatayat ternyata ada udang dibalik batu. “Terang saja, setelah mencapai target pribadi, otomatis kacang lupa akan kulitnya,” sindirnya.
Athoillah menaruh harapan besar, agar dalam Muktamar nanti dipertegas tentang tugas pokok dan fungsi (tupoksi) LP Maarif NU. Lembaga ini bisa berfungsi sebagai kawah candradimukanya kader-kader NU yang militant dan professional. Pasalnya, hanya lewat jalur Pendidikan, pengkaderan NU bisa tergarap optimal dan sinergis.
Athoillah berpandangan, anak-anak yang belajar di LP Maarif NU dengan sendirinya terpatri penguatan militansinya kepada NU. “Diusia belajar, penanaman rasa memiliki lebih terpatri ketimbang pengkaderan sesudah dewasa,” terangnya.
Sesuai dengan Surat Edaran PBNU Nomor 30 tahun 1995, kedudukan LP Maarif keberadaannya sebagai Departemen kepengurusan NU di masing-masing tingkatan. Artinya, maju mundurnya LP Maarif tidak lepas dari peran Pengurus NU. “Aneh, kalau seorang pengurus Tanfidziyah NU dan kebetulan menjadi Kepala Sekolah misalnya, kok sekolahnya nggak mau gabung ke LP Maarif,” ucapnya tak habis pikir.
Sementara Ketua PC LP Maarif NU Brebes Syamsul Maarif menerangkan, dari 17 MWC NU hanya 6 LP Maarif saja yang berjalan optimal. Selebihnya berjalan ditempat, kurang efektif. “Awal Januari 2010, pemberdayaan LP Maarif ditingkat Anak Cabang akan kami genjot lebih kencang,” tekadnya.
Dari data yang dihimpun Sekretaris PC LP Maarif Brebes Sufa Widjaya, tercatat hanya 38 sekolah yang tergabung di LP Maarif dari tingkat SD/MI, SMP/MTs dan MA/SMA. Sungguh Ironis, padahal Pengurus NU se Kabupaten Brebes memiliki ratusan sekolah di segala tingkatan. “Yang tergabung 15 MI, 22 MTs dan 1 MA,” pungkasnya. (Wasdiun).
Terpopuler
1
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
2
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
3
Istikmal, LF PBNU Umumkan Tahun Baru 1447 Hijriah Jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025
4
Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
5
Data Awal Muharram 1447 H, Hilal Masih di Bawah Ufuk
6
Khutbah Jumat: Meraih Fokus Hidup Melalui Shalat yang Khusyuk
Terkini
Lihat Semua