Daerah

Kaderisasi Jantung Organisasi Pelajar NU

NU Online  ·  Rabu, 19 September 2018 | 20:00 WIB

Bekasi, NU Online 
Kaderisasi merupakan jantungnya organisasi. Kaderisasi serupa kebutuhan internal organisasi, terutama jika gerak organisasi dikhususkan pada pengkaderan. Terlebih Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang menjadi organisasi paling awal di tubuh NU.

“Hukum alam akan datang dalam berorganisasi. Yakni proses regenerasi atau pun melanjutkan estafet kepengurusan,” kata Ketua IPNU Kota Bekasi Adi Prastyo, di Sekretariat IPNU, Jalan Veteran 22, Margajaya, Bekasi Selatan, Rabu (19/9) dini hari.

Proses jangka pendek atau pun jangka panjang, perlu dilakukan IPNU untuk menggencarkan gerakan kaderisasi. Hal tersebut demi mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki kader. Terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan untuk kaderisasi.

“Pertama, membentuk kader untuk siap melanjutkan estafet kepemimpinan organisasi, mengelola organisasi, dan memiliki komitmen yang kuat untuk menghidupkan organisasi,” kata pria berkacamata asal Bekasi Utara ini dengan semangat optimisme memajukan organisasi keterpelajaran di bawah naungan NU di Kota Bekasi.

Kedua, tentu saja mempersiapkan kader yang memiliki kualitas. Tujuannya agar punya daya saing. Baik dari segi intelektual atau pun berbagai macam keahlian dan potensi yang dimiliki masing-masing kader.

Kemudian, pria yang akrab disapa Bang Tio ini menambahkan bahwa kaderisasi merupakan pilar utama dalam IPNU. Maka dari proses kaderisasi yang efektif, IPNU dapat memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki energi, kualitas, dan loyalitas tinggi demi perkembangan serta keberlangsungan organisasi.

“Di IPNU, kader akan diasah kemampuan berpikirnya. Mereka akan difasilitasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan berbagai hal yang disenanginya,” katanya.

Hal tersebut merupakan salah satu kepedulian IPNU dalam keberlangsungan NU, dan juga demi kejayaan NU ke depan, khususnya di Kota Bekasi.

“Ber-IPNU sejak dini akan menjadikan mereka, orang-orang NU yang sejak lahir mengaku NU tidak hanya tahu NU dari sisi amaliyahnya saja. Akan tetapi juga fikrah, harakah, dan ghirah NU harus dipahaminya secara utuh,” katanya.

Dasar-dasar yang dikemukakan di atas itulah yang harus dimiliki oleh seorang kader IPNU, agar tidak mudah goyah dan rapuh ke-NU-annya. Makesta Raya yang dilaksanakan pada 15-16 September lalu menjadi acuan agar kader IPNU mampu menjadi seorang yang paham tentang NU.

“Semoga output dari Makesta itu dapat benar-benar bermanfaat bagi kepentingan-kepentingan organisasi. Selain itu, semoga Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang direncanakan dapat berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Maka, perlulah kita, para pengurus IPNU untuk terus melakukan pengawalan kepada anggota baru yang kemarin mengikuti kegiatan makesta raya,” jelas Tio seraya menutup pembicaraan. (Aru Elgete/Abdullah Alawi)