Daerah

Kader Ekonom Qur'ani Mesti Cerdas dan Tanggap Sosial

NU Online  Ā·  Senin, 12 November 2018 | 14:30 WIB

Yogyakarta, NU Online
Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Nahdhotul Muqtashid IIQ An Nur Yogyakarta mengadakan Diklat Ekonomi Islam. Tema yang diusung kali ini adalah Membentuk Kader Ekonom Qurani yang Intelek dan Tanggap Sosial.

Di hadapan 18 peserta diklat, Braham Maya Baratullah, dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) menyampaikan bahwa adanya kegiatan-kegiatan di dalam FEBI IIQ An Nur bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekonomi Islam.

Kegiatan diklat ini untuk menguatkan mahasiswa FEBI untuk memperdalam keilmuan khususnya tentang Ekonomi Bisnis Islam ini sejalan dengan visi FEBI.

ā€œVisinya (adalah) unggul dan inovatif dalam kajian ekonomi dan bisnis Islam serta peradaban industri yang berbasis nilai-nilai Al-Qur'an dan kepesantrenan," ujar Braham di Auditorium IIQ An Nur Yogyakarta, Ahad (11/11).

Ia memaparkan visi tersebut, mahasiswa FEBI harus unggul dan inovatif dalam kajian ekonomi dan bisnis Islam. "Sehingga nanti adanya praktik-praktik di dalam mahasiswa baik seminar, diklat, kewirausahaan, (dan) perbankan itu, (mahasiswa) harus menemukan hal-hal baru, bukan hanya sekedar kreatif,ā€ ujar Braham.

Inovasi ini adalah menemukan hal-hal kajian ilmiah yang itu bisa diterapkan dalam kehidupan nyata, khususnya dalam keilmuan ekonomi bisnis Islam. Mahasiswa FEBI tidak dapat terlepas dari peradaban industri. Karena, pada dasarnya perubahan-perubahan industri pasti terjadi dan tidak dapat ditolak.

Braham menambahkan bahwa Industri Ekonomi Islam saat ini berkembang dengan pesat. Sehingga, sesuai dengan visi yang telah disebutkan, FEBI ingin membangun peradaban industri yang berbasis nilai-nilai Al-Qur'an dan kepesantrenan. Nilai-nilai Al-Qur'an ini sudah menjadi dasar dari lahirnya IIQ An Nur, di samping itu peradaban dan akhlak pesantren pun telah lebih dulu ditanamkan.

Brahman menyimpulkan bahwa Yayasan al-Ma’had An Nur adalah pesantren yangĀ  memiliki kampus, bukan kampus yang memiliki pesantren. Dengan kata lain, akhlaklah yang terlebih dahulu ditanamkan dalam diri mahasiswa, baru kemudian mengembangkan keilmuannya. (Fitri Mualimah/Kendi Setiawan)