Daerah

Jurnalis Terbaik Sepanjang Sejarah Ada di Pengumpul Hadits

Ahad, 18 Oktober 2020 | 04:30 WIB

Jurnalis Terbaik Sepanjang Sejarah Ada di Pengumpul Hadits

Kegiatan Pelatihan Dai Media, PWNU Jawa Tengah (Foto: NU Online/Ahmad Mundzir)

Semarang, NU Online 
Profesi jurnalis adalah profesi yang sangat mulia. Arti dari kata Nabi adalah pemberi kabar berita. Tugas Nabi Muhammad adalah memberikan kabar berita. Adapun penulis terbaik adalah Zaid bin Tsabit, Sekretaris Nabi Muhammad. 

 

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Muhammad Muzammil menyebutkan, jurnalis terbaik sepanjang sejarang adalah para pengumpul hadits mulai Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah. 

 

“Mereka ini orang-orang yang tidak bertemu dengan Nabi secara langsung, namun mereka bisa menyajikan data dengan metode-metode yang cukup teliti,” jelasnya di acara pembukaan 'Pelatihan Dai Media' yang digelar PWNU Jateng, Ahad (18/10) di Hotel Muria, Semarang. 

 

Media menurut Kiai Muzammil merupakan media perang ideologi. Tidak hanya sekarang saja, tapi juga masa lampau. Banyaknya sahabat yang gugur disebabkan berita hoaks dan provokasi yang disebar.

 

“Sekarang provokasi itu terulang kembali, kita sebagai warga NU harus selektif kembali mana yang baik dan mana yang mangancam negara, mengancam eksistensi NU. Kalau kita tidak bisa menyeleksi dengan baik maka kita tidak termasuk ulul albab," tegasnya.
 

Ketua PWNU Jawa Tengah, KH Mohammad Muzammil (Foto: Ahmad Mundzir)

 

Ketua Panitia Hasyim Muhammad menjelaskan pentingnya berdakwah di media adalah membantu dakwah keislaman secara luas dengan basis tawasuth, tasamuh, tawazun dan amar ma’ruf nahi munkar. 

 

“Tidak asal ‘yang penting berdakwah’, tidak asal ‘yang penting perintah’, tapi yang khas adalah menggunakan empat hal prinsip ini. Ini adalah implementasi para kiai sebagai penerus dakwah Wali Songo dengan melestarikan yang baik dan mengambil kebijakan yang lebih baik,” terang Hasyim. 

 

Menurut Moderator Nur Akhlis, media penyerapan ilmu keislaman di masyarakat luas mengalami pergeseran. Dari yang semula hanya melalui majelis taklim, madrasah, dan mimbar khutbah, sekarang banyak orang yang belajar melalui media digital.

 

“Dahulu masyarakat hanya disajikan amaliyah nahdliyah melalui mimbar-mimbar Jumat. Sekarang eranya digital, di mana masyarakat bisa mengakses itu semua secara terbuka melalui youtube,” jelas Akhlis. 

 

Acara pelatihan ini diikuti oleh sekitar 30 orang dari unsur LDNU, LTN NU, dan NU Online Jateng. Hadir sebagai narasumber Hasyim Muhammad, Aji Nugroho, dan Syamsul Huda. 

 

Kontributor: Ahmad Mundzir
Editor: Abdul Muiz