Daerah

Jateng Kaji Pembuatan Hujan Buatan

NU Online  ·  Rabu, 27 Agustus 2003 | 11:07 WIB

Jakarta, NU Online
Kekeringan yang melanda sebagian Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Banyak warga yang kesulitan mencari air dan juga banyak petani yang gagal panen karena tanamannya kekurangan air.

Keadaan ini tentu saja juga mengundang keprihatinan PBNU. KH Mustofa Bisri menyarankan agar dilakukan sholat Istisqo untuk meminta diturunkannya hujan, khususnya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.

<>

Usulan tersebut harus dipertimbangkan masak-masak. Beberapa ulama NU memberi pertimbangan bahwa adanya hujan juga dapat menjadi bencana bagi petani tertentu, seperti petani tembakau yang akan menderita karena tanamannya akan rusak jika terkena hujan.

Senada dengan Gus Mus, pemprov Jawa Tengah sampai kini sedang mengkaji pembuatan hujan buatan untuk mengatasi kekeringan yang melanda sebagian kabupaten di provinsi ini, seperti dikemukakan oleh Wagup Jateng, Ali Mufiz.

"Kita memang ada pemikiran untuk melakukan hujan buatan, tetapi harus melihat hujan buatan itu secara komprehensif, jangan sampai menimbulkan masalah lain," katanya di Semarang, Rabu.

Menurut dia, saat ini sedang dikaji bagaimana hujan buatan itu menghasilkan suatu "output" yang lebih baik, efektif, dan mampu mengatasi kekeringan.

Ia mengatakan, jangan sampai pembuatan hujan buatan yang ditujukan mengatasi kekeringan itu malah menimbulkan kerugian bagi masyarakat, khususnya petani tembakau.

Sebenarnya waktu yang tepat membuat hujan buatan di Jateng pada bulan Mei 2003 dimana saat itu awan hujan sangat tinggi, namun sayang waktunya telah lewat.

"Jika kita membuat hujan buatan sekarang apa memungkinkan, karena bulan Agustus sampai Oktober 2003 petani tembakau di Jateng tengah panen," katanya

Apabila sekarang ini hujan buatan dilakukan malah akan merugikan petani tembakau, karena mereka tak bisa menjemur tembakau. "Jika nggak ada panas matahari dikhawatirkan tembakau akan membusuk," katanya.

"Hal-hal itulah yang saat ini sedang dikaji agar hujan buatan dapat memberi dampak positif pada semua lapisan masyarakat, khususnya kalangan petani," katanya.

Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jateng, akibat kemarau hingga pertengahan Juli 2003 seluas 80.679 ha lahan pertanian di 29 Kabulaten/kota kekeringan. Sedang sekitar 16.465 ha tanaman padi puso dan lokasinya di 24 kabupaten/kota.

Tanaman padi yang puso antara lain berada di Kabupaten Wonogiri 4.647 ha, Sragen (3.929 ha), Rembang (1.335 ha), Demak (1.185 ha), Cilacap (858 ha), Grobogan (710 ha), Boyolali (613 ha), dan Karanganyar (551 ha). Meskipun ada tanaman padi yang puso, diharapkan tidak menganggu pencapaian produksi padi tahun 2003.

Pada tahun ini, sasaran produksinya sebanyak 8,46 ton gabah kering giling (GKG) dari luas panen 1,64 ha. Realisasinya hingga Juni 2003 sebanyak 1,20.(mkf)