Daerah

ISNU Kediri Kaji Islam Nusantara

Sel, 4 September 2018 | 04:00 WIB

ISNU Kediri Kaji Islam Nusantara

ISNU Kediri kaji Islam Nusantara

Kediri, NU Online
Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Kediri, Jawa Timur mengadakan Kajian Islam Nusantara dengan tema Faham Aswaja NU dan Tantangan Islam Nusantara di Yayasan Pendidikan Islam Mujahidin, Slumbung Kecamatan Ngadiluwih Kediri, Ahad (2/9).

Panitia penyelenggara menghadirkan Peneliti Islam Nusantara yang juga Penulis Buku Khazanah Aswaja, Yusuf Suharto. 

Dalam paparannya, Yusuf Suharto menyampaikan, antara Islam Nusantara dan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Memahami dua hal tersebut akan membantu seseorang mengetahui Islam Nusantara dengan sempurna.

"Ketika kita menyebut Islam Nusantara itu agar tidak salah paham, maka harus menyusulkan Islam Ahlussunah wal Jamaah. Karena memang Islam Nusantara itu bungkusnya, dan isinya adalah Islam Ahlussunah wal Jamaah yang diamalkan muslim Nusantara," ucapnya.

Sederhananya ia mengatakan, Islam Nusantara itu adalah Islam di Nusantara, atau dapat disebut praktiknya berislam di Nusantara. "Atau Islam Nusantara itu orang-orang Islam di Nusantara," ucapnya.

Di Jawa misalnya, imbuhnya, oleh Hadratus Syekh Hasyim dinyatakan bahwa penduduk Jawa itu sedari dulu praktiknya seragam. Berfikih menurut madzhab Syafi'i, beraqidah menurut Imam Abul Hasan Al-Asy'ari, dan bertasawuf menurut Imam Al-Ghazali dan Imam Abul Hasan as Syadzili.

Mengutip hasil Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur, Yusuf menyatakan bahwa Islam Nusantara yang dimaksud NU adalah Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang diamalkan, didakwahkan, dan dikembangkan di bumi Nusantara oleh para pendakwahnya. 

"Yang di antara tujuannya untuk mengantisipasi dan membentengi umat dari paham radikal, liberal, Syi'ah, Wahabi, dan paham-paham lain yang tidak sejalan dengan Ahlussunnah wal Jamaah," ujarnya.

Dapat disebut pula sebagai metode (manhaj) dakwah Islam di bumi Nusantara di tengah penduduknya yang multi etnis, multi budaya, dan multi agama yang dilakukan secara santun dan damai. 

"Seperti tersirat dalam pernyataan Syaikh Abu al-Fadhl as-Senori Tuban dalam Ahla al-Musamarah saat menghikayatkan dakwah santun Sunan Ampel," ujarnya.

Terkait berbagai pembahasan Islam Nusantara yang kala itu menjadi tema Muktamar NU di Jombang pada 2015 lalu, menurutnya sudah tertera pada hasil bahtsul Masail 13 Februari 2016 di Universitas Malang oleh PWNU Jawa Timur.

Ketua ISNU Kediri Ali Mashuri kepada NU Online, Senin (3/9) menyatakan, kajian Islam Nusantara dinilai penting, lantaran tak sedikit orang yang belakangan mengaku Islam yang dianutnya lebih baik dan lebih benar daripada yang lain.

"Kita digoda dan ditantang di luar kita yang menganggap Islam mereka lebih baik. Karena itulah kita adakan Kajian Islam Aswaja yang pematerinya dari Aswaja NU Center Jawa Timur," tuturnya. (Syamsul Arifin/Muiz)