Daerah

Isi Pelantikan PMII PTIQ dan IIQ, Ini Pesan Kiai Nur Iskandar

NU Online  ·  Sabtu, 21 April 2018 | 08:15 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Komisariat PMII Kebayoran Lama Jakarta Selatan bersama ketiga Pengurus Rayon PMII, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syariah, Al-Harakah (Fakultas Ushuluddin dan Dakwah) PTIQ dan IIQ resmi dilantik oleh Ketua Umum PC PMII Jakarta Selatan, Ja'far di Kompleks Ma'had Institut PTIQ Jakarta Jum'at (20/4) malam.

Acara pelantikan yang disaksikan secara langsung salah satu sesepuh PMII PTIQ, KH Nur Muhammad Iskandar itu bukan hanya menampilkan ciri khas para mahasiswa yang berkonsentrasi di bidang Al-Qur’an, tapi juga menunjukkan keunikan lainnya.

Selain dipandu oleh pembawa acara tiga bahasa, Indonesia, Inggris, dan Arab, tim paduan suara juga menyanyikan lagu hubbul wathan setelah mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan Mars PMII dengan suara merdu dan kompak.

Selain itu, para santri TPQ binaan PMII Kebal juga turut unjuk kemampuan dalam memperaktikkan metode Baghdadi dan menghafal juz 30.

Menurut Fahmi Fauzan Ihsan, Ketua Pengurus Komisariat PMII yang berbasis di PTIQ dan IIQ ini, penampilan para santri binaan ini untuk menunjukkan dan mengajak para kader PMII untuk meningkatkan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat dengan berbagai macam cara dan pendekatan. 

"Sebagai warga pergerakan, kita harus menunjukkan tugas kita dalam menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Kita bukan saja harus sukses di bidang akademik dan penelitian, tapi kita harus mampu hidup bersama masyarakat, berjuang bersama masyarakat, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat," ungkap mahasiswa PTIQ asal Bogpr ini dalam pidatonya sebagai Ketua Pengurus Komisariat yang baru usai dilantik.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Mabinkom K. Hadi Hadiatullah juga mengingatkan kepada para kader PMII bahwa sebagai kader PMII untuk senantiasa membaca 3Q: pertama, al-Qur’an sebagai pegangan yang harus digali kandungannya; kedua, Qurun atau sejarah perkembangan; dan ketiga Qiran atau kondisi lingkungan sahabat yang ideal.

Selain itu, kader PMII juga musti rajin membaca perkembangan masyarakat terkini seperti melalui koran. Dengan menguasai 3Q tersebut, makna pergerakan, yang berarti terus dinamis, dapat berjalan dengan baik. 

"Oleh karena itu, kader PMII itu harus menjadi Mu'rab yang berarti dinamis. Bukan sebaliknya menjadi kader Mabni yang berarti statis. Dengan memahami isi kandungan al-Qur’an, kondisi sejarah, kemampuan sahabat, dan terus belajar, insya Allah kader PMII akan mampu menjaga dan mengibarkan panji-panji Islam Ahlussunnah wal Jamaah," terang Ketua PMII Kebayoran Lama periode 2001-2002 ini. 

Sementara itu, KH Nur Muhammad Iskandar mengajak para kader untuk meningkatkan kemampuan kader dalam segala bidang, terutama semangat dan rasa kepercayaan diri sebagai pejuang aliran Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah.

Di hadapan para pengurus dan anggota PMII se-Jakarta Selatan dan para alumni yang tampak hadir, seperti Kiai Imam Abda', Staf Khusus Menteri Agama H. Gugus Joko Waskito, Hj Lia Zahiro Asrorun Ni’am, Sahlul Fuad, Tobahul Aftoni, Aly Taufiq, dan Khoirul Anam Harsen, Pendiri dan Pemangku Pondok Pesantren As-Shiddiqiyyah mengajak untuk membangun prestasi, hingga mengguncang dunia. 

"Gus Dur adalah contoh yang baik. Beliau adalah orang NU yang mampu mengguncang dunia. Saya adalah saksi mata kehebatan beliau. Walaupun tidak punya harta banyak, tapi beliau bisa jadi Presiden RI karena kemampuannya. Begitu juga saya. Walaupun dulu tak punya apa-apa, apalagi waktu masih PMII, sudah kurus, hitam, jelek, tapi sekarang Pesantren As-Shiddiqiyyah punya cabang banyak," jelas Kiai Nur Iskandar. (Red: Fathoni)