Daerah

IPNU-IPPNU IAI Ibrahimy Siap Berkhidmat

Sab, 21 November 2015 | 22:01 WIB

Banyuwangi, NU Online
Sebulan setelah pembentukan, kepengurusan Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ullama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy Banyuwangi 2015-2016 resmi dilantik.
<>
Pelantikan pada Jumat, 20 November 2015 di auditorium KH. As’ad Syamsul Arifin dilakukan oleh ketua cabang IPNU dan IPPNU Banyuwangi.

Acara yang dihelat mulai pukul 08.00 tersebut dihadiri oleh Rektor IAI Ibrahimy, para dosen, BEM, UKM, tamu undangan dan ratusan mahasiswa yang tergabung anggota IPNU dan IPPNU.

Dalam sambutannya, Ketua Cabang IPNU Banyuwangi Zakariya Ishaq mengatakan pentingnya sinergitas para pelajar NU terhadap beragam tuntutan zaman. Pelajar NU harus bisa beradaptasi dengan perdagangan bebas dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

“Sebagai pelajar NU, harus menjadi garda terdepan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi MEA pada tahun depan. Senergisitas perlu dimasifkan oleh pelajar NU dalam berorganisasi agar dapat terwujud sebuah organisasi yang berkemajuan,” katanya.

Sementara itu, Rektor IAI Ibrahimy, Kholilurrahman menegaskan pentingnya intelektualitas bagi mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi. Jangan menjadi alasan kesibukan berorganisasi lantas mengesampingkan sisi akademis dan keilmuwan.

“Semua Pelajar NU harus mempunyai ilmu pengetahuan. Dalam berorganisasi, ilmu pengetahuan itu sangat penting. Tanpa adanya ilmu, sebuah organisasi tidak akan berjalan secara lancar. Kita dapat memanage ilmu pengetahuan dalam organisasi,” ujarnya.

Khoirul menyatakan kesiapannya untuk mengemban tugas sebagai ketua PKPT IAI Ibrahimy dalam setahun mendatang. Program kerja yang akan disiapkan berdasarkan skala prioritas kebutuhan mahasiswa Ibrahimy. “Kami siap untuk berjuang mengembangkan nilai-nilai Aswaja ala nahdliyin di lingkungan kampus,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan Nihayatul Hikmah, Ketua PKPT IPPNU IAI Ibrahimy. Pelajar putri di kalangan Nahdlatul Ulama perlu mendapatkan pendekatan yang berbeda.

“Pelajar putri NU harus menyeimbangkan antara kesetaraan gender dengan tetap mengedepankan akhlaqul karimah,” pungkasnya. (Ayung Notonegoro/Abdullah Alawi)