Daerah IDUL ADHA

Inilah Mitos-Mitos Daging Kambing yang Tak Selalu Benar

Sen, 6 Oktober 2014 | 05:00 WIB

Jakarta, NU Online
Masih ada berbagai mitos seputar daging kambing yang beredar di masyarakat, terutama menjelang Idul Adha, kata Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Jakarta Raya (PAPDI Jaya) Dr Ari Fahrial Syam.
<>
"Di hari raya ini sebagian masyarakat akan menikmati makanan yang mengandung daging kambing atau daging sapi. Jika ingat daging kambing saya ingat beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, 4 Oktober 2014.

Ari memaparkan, mitos pertama adalah masyarakat yang kebetulan diketahui tekanan darahnya rendah atau hipotensi akhirnya meningkatkan makan daging kambing agar tensinya naik.

Padahal, ia mengingatkan bahwa tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi hingga kelelahan atau kurang tidur.

Tensi yang rendah, lanjutnya, juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahkan gagal jantung.

"Kalau tensi turun karena gangguan jantung konsumsi daging kambing yang berlebihan justru akan fatal dan memperburuk keadaan," jelas Ari Fahrial Syam.

Ia juga mengemukakan, dampak langsung akibat menkonsumsi daging kambing berlebihan adalah sembelit dan bila mempunyai penyakit GERD (penyakit asam atau isi lambung balik arah ke atas), maka GERDnya akan bertambah parah setelah mengonsumsi daging kambing berlebihan.

Belum lagi, ujar dia, efek jangka panjang berupa peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah, apalagi bila setelah makan langsung tidur karena kekenyangan.

Sedangkan mitos kedua yang juga beredar ditengah masyarakat adalah bahwa testis kambing akan meningkatkan gairah seksual atau sate kambing setengah matang meningkatkan gairah seksual.

"Ternyata hal inipun tidak sepenuhnya benar, memang testis kambing banyak mengandung testosteron yang dapat meningkatkan gairah seksual. Tetap sebenarnya peningkatan gairah seksual terjadi karena multifaktor dan tidak semata-mata berhubungan dengan makanan," katanya.

Ia memaparkan, daging kambing juga daging merah lain seperti daging sapi mengandung tinggi lemak. Lemak hewani biasanya mengandung lemak jenuh.

Lemak jenuh tersebut, jelas dia, banyak mengandung LDL lemak jahat yang bisa menumpuk pada dinding pembuluh darah kita.

"Selain lemak, daging kambing juga mengandung protein hewani. Protein kita butuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak dan sebagai zat pembangun," katanya.

Dengan demikian, Ari menuturkan bahwa daging kambing termasuk juga daging sapi yang akan menjadi santapan utama Hari Raya Kurban mengandung zat gizi yang memang dibutuhkan tetapi kalau jumlahnya berlebihan akan mengganggu kesehatan.

Untuk itu, ia mengingatkan agar jangan lupa mengimbanginya dengan banyak makan buah dan sayur untuk mengurangi efek samping dari makan daging berlebihan.(antara/mukafi niam)