Daerah

Imbangi Kemajuan Zaman, Santri Juga Diminta Kuasai Ilmu Jurnalistik

NU Online  ·  Sabtu, 20 Oktober 2018 | 15:00 WIB

Imbangi Kemajuan Zaman, Santri Juga Diminta Kuasai Ilmu Jurnalistik

Pelatihan jurnalistik santri Kota Banjar, Jabar

Kota Banjar, NU Online
Selain menguasai ilmu agama santri juga dituntut mahir dalam penguasaan jurnalistik. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Santri Miftahul Huda Al-Azhar, Muhammad Nailul Azmi saat memberikan sambutan sekaligus membuka pelatihan jurnalistik di Aula Jadid Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar, Jawa Barat, Jumat (19/10).

Dikatakan, kemajuan di era digital saat ini sangat cepat. Apabila santri tidak mengimbanginya, maka yang terjadi dakwahnya tidak tersebar. Tidak dipungkiri bahwa setelah mempunyai banyak ilmu tapi tidak diamalkan kepada orang lain, santri akan ketinggalan. 

"Santri harus menunjukkan bahwa dirinya mampu bersaing dengan orang lain. Santri tidak hanya pinter mengaji saja, tapi harus bisa hal yang lainnya supaya mampu bersaing dengan orang lain," terang pria yang biasa disapa Gus Nailul ini.

Untuk itu, dalam mengimbangi cepatnya kemajuan zaman, kemampuan menulis haruslah dikuasai oleh santri. 

Selain untuk mempermudah menyebarkan ilmu melalui media digital, kemampuan santri di bidang jurnalistik juga bisa dimanfaatkan untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan kejadian-kejadian penting yang ada di pesantren. "Kalau santri tidak bangkit, maka akan tertinggal," tegasnya.

Gus Nailul berharap ke depan para santri bisa mahir dalam menulis. Karena saat ini sering tersebar berita, namun isinya tidak benar alias hoaks. Menurutnya, sebagai santri harus bisa menangkal berita yang tidak benar. 

"Santri harus mahir dalam menulis, setidaknya untuk menangkis berita hoaks," harapnya.

Sementara itu, Ahmad Muhafid wartawan di Kota Banjar selaku pemateri menyampaikan bahwa apabila santri tidak mau menulis berarti secara tidak sadar dia sama seperti orang pra sejarah. "Kalau santri tidak menulis berarti seperti orang zaman dahulu, adanya memahat di batu," terangnya.

Hafidz mengajak kepada seluruh peserta yang mengikuti pelatihan jurnalistik untuk rajin menulis seperti para ulama dahulu. 

"Santri harus menulis seperti ulama dahulu, karena apabila ulama terdahulu tidak rajin menulis maka sekarang kita tidak bisa merasakan dan menikmati kitab karangan para ulama terdahulu," tandasnya. (Wahyu Akanam/Muiz)