Pamekasan, NU Online
Kini banyak orang berilmu, namunĀ banyak pula yang kurang memberi manfaat hidupnya, baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
"Itu karena ilmunya kurang barokah. Karenanya, seorang murid atau santri mesti mengutamakan serta merawat keberkahan ilmu," terang Kiai Abdul Basith saat menyampaikan tausiyahnya di Pesantren Nurul Ulum, Palengaan Daya, Palengaan, Pamekasan, Jumat (28/4) malam.
Salah satu upaya untuk mendapatkan keberkahan ilmu, tambahnya, adalah dengan menghormati guru (kiai) yang menjadi perantara aliran ilmu Allah. Dari sinilah karakter adab seorang murid atau santri teruji.
"Menghormati di sini dalam rangka mendapatkan barokahnya guru atau kiai kita. Guru atau kiai pasti mendoakan murid atau santrinya. Ketika doa guru dan murid sudah bersinergi, Insyaallah keberkahan ilmu terkristal dengan sendirinya," tegas Kiai Basith.
Magister Teologi Islam tersebut menambahkan, keberkahan ilmu itu tidak ada bukunya, tidak ada tokonya, apalagi pasarnya. Sedangkan ilmu ada bukunya, ada tokonya (institusinya).
"Sementara Ų§ŁŲØŲ±ŁŲ© ŲŖŲ¤ŲŖŁ ŁŁŲ§ ŲŖŲ§Ų”ŲŖŁ; barakah itu harusĀ dicari, tidak cukup dengan belajar. Tapi, juga dengan cara berkhidmat (mengabdi) dan hormat kepada pengajar ilmu (kiai atau guru)," tegasnya.
Kiai Basith selanjutnya memberikan contoh kasus murid membunuh gurunya di Kabupaten Sampang, yaitu kasus almarhum seorang guru bernama Budi Cahyono.
"Cukup sekali kasus seperti itu, semoga kita semua dilimpahi ilmu yang barokah," pungkasnya. (Hairul Anam/Muiz)