Daerah

Hj Masriyah Amva: Merdeka, Berarti Perempuan Jangan Dihalang-halangi

NU Online  ·  Senin, 19 Agustus 2013 | 06:08 WIB

Brebes, NU Online
Untuk memainkan perannya dalam mengisi kemerdekaan, perempuan jangan dihalang-halangi apalagi ditekan. Tetapi harus didorong karena wanita secara kodrati selalu merasa dirinya lemah dan memiliki ketakutan yang luar biasa. 
<>
“Perempuan tidak boleh merasa lemah, tapi harus percaya pada kekuatan Allah SWT,” kata pengasuh Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat, saat mengisi saresehan HUT ke-68 Kemerdekaan RI di Pendopo Bupati Brebes, Jumat malam (16/8). 

Nyai Masriyah menyatakan, kekuatan Allah SWT akan melekat  pada diri manusia apabila selalu mendekatkan diri pada-Nya. “Melalui pendekatan diri kepada Allah, akan dibuka anugerah yang tiada tara,” kata wanita kelahiran Cirebon 13 Oktober 1961.

Pendekatan Masriyah memaknainya dengan mencintai-Nya dengan setulus hati. Penulis 13 ini, mengungkapkan perlunya doa yang keras untuk menghasilkan kerja keras. “Antara doa keras dan kerja keras satu paket yang tidak terpisahkan,” papar pengasuh pesantren dengan 1000 santri itu. 

Dia percaya penuh setelah dirinya pernah mengalami keterpurukan hidup akibat ditinggal mati suaminya Alm KH Syakur Yasin. Hidup menjanda selama 8 tahun sangat menusuk perasaan dan kegalauan hatinya. Termasuk saat ini harus kembali menjanda dengan 7 orang anak setelah perkawinan kedua dengan Alm KH Muhammad.

Ketekadan hatinya untuk tampil mensejajarkan dengan lelaki membangkitkan dirinya dari keterpurukan. Dirinya mengaku sebagai wanita yang sangat lemah. Tentu ketika ditinggalkan suaminya yang juga pimpinan pondok akan sangat tidak berarti dan tidak lagi dipercaya. Namun dalam seminggu dia baru tampil dihadapan santri dan orang tua santri yang semuanya mau pindah dari pondok yang dipimpin suaminya kala itu. 

“Saat itu, saya harus tampil. Dan penampilan perdana dihadapan santri dan wali santri menjadi pemacu dan pemicu awal kebangkitan saya,” ungkapnya.

Nyai Masriyah dengan tegas melarang santri dan wali santri pergi dari pondoknya. Dia menyatakan akan kembali memiliki suami yang jauh lebih pandai, lebih kaya, lebih terhormat dan lebih mulia dari segala-galanya. “Pengganti suamiku itu, adalah Allah SWT. Pondok ini akan mendapatkan pertolongan dari Allah, dibesarkan oleh-Nya,” urai peraih penghargaan Dakwah A Ward dari Yayasan Al Biruni sebagai tokoh yang sukses dalam berdakwah lewat seni dan budaya. 

Kebangkitan Nyai Masriyah, membuahkan hasil akibat bertumpu sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa. Apapun, disandarkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Termasuk keperkasaan dirinya, pada hakekatnya keperkasaan Allah SWT. 

“Masriyah bukan siapa-siapa, kekuatan hanya milik-Nya. Maka perempuan jangan lemah untuk ikut mengisi kemerdekaan dengan kekuatan yang telah diberikan Allah SWT,” tegasnya.

Pengalaman spiritualnya menjadikan dia bangkit dari keterpurukan. Maka melalui proses yang matang, Masriyah mengungkapkan pengalaman spiritualnya ke dalam 10 buku yang diterbitkan oleh Kompas. Ketigabelas buku tersebut yakni Bangkit Dari Terpuruk, Menggapai Impian, Indahnya Doa Rasulullah, Meraih Hidup Luar Biasa, Rahasia Sang Maha, Akang Dimataku, Suamiku Inspirasiku, 3 Antolog Puisi Ketika Aku Gila Cinta, Setumpuk Surat Cinta, Ingin Di Mabuk Asmara. 

Sedangkan tiga buku yang dalam proses percetakan meliputi Perjalanan Penuh Makna, Amalan Penarik Rizki dan Aku Mencintai-Mu. 

Saresehan yang dipandu moderator Atmo Tan Sidik tersebut berlangsung kurang memuaskan karena keterbatasan waktu menjadikan banyak penanya tidak kebagian waktu. Lebih dari 10 penanya melemparkan pertanyaanya atas kesuksesan Nyai Masriyah. 

Dalam sambutannya, Bupati Brebes Hj Idza Priyanti juga mengagumi sosok Nyai Masriyah Amva. Idza berharap kedatangannya bisa membawa inspirasi bagi warga Brebes, khususnya kaum perempuan. 

“Bukan hal tabu, kalau perempuan juga berperan dalam mengisi kemerdekaan. Banyak sosok-sosok pahlawan perempuan Indonesia yang mampu membawa perubahan dan kemaslahatan masyarakat,” tegas Idza.  

Ketua Panitia Saresehan H Asmuni menjelaskan, sarehan yang mengambil tema Peran perempuan dalam mengisi kemerdekaan merupakan rangkaian peringatan HUT ke-68 tingkat Kabupaten Brebes. Hj Masriyah merupakan tokoh nasional yang patut menjadi tauladan dalam memperjuangankan dirinya dari keterpurukan untuk kebangkitan perempuan dan kebermanfaatan masyarakat sekitarnya.  


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Wasdiun