Daerah

HIPSI DIY Luncurkan Kurikulum Wirausaha Santri

NU Online  ·  Selasa, 30 Juni 2015 | 03:30 WIB

Sleman, NU Online
Upaya Pengurus Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) DIY untuk menyiapkan santri yang mandiri terus dilakukan. Untuk memberikan bekal pengetahuan kecakapan hidup, Senin (29/6) HIPSI DIY meluncurkan Kurikulum Kewirausahaan yang ditujukan bagi para santri di pondok pesantren. Launching Kurikulum Wirausaha Santri ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Ar-Risalah Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta.<>

Hadir dalam acara launching ini, pengusaha nasional Sandiaga Salahudin Uno, Ketua HIPSI DIY Bukhori Zahrowi, Ketua HIPSI Sleman Muh Fathoni, Ketua HIPSI Magelang Mr Hani, Komunitas Tangan Diatas (TDA), dan para mahasiswa dan santri dari beberapa pesantren di Yogyakarta. ”Kurikulum ini akan menjadi salah satu pedoman bagi pesantren dalam memberikan materi kewirausahaan bagi para santri,” ujar Bukhori Zahrowi disela-sela acara yang merupakan rangkaian Safari Ramadhan HIPSI DIY ini. 

Bukhori mengungkapkan, sampai saat ini masih banyak pesantren yang belum memberikan pengetahuan kewirausahaan yang cukup. Akibatnya, tidak sedikit santri yang lulus dari pesantren namun tidak siap mandiri menjalani kehidupan di masyarakat. ”Kalau pendidikan agama tidak diragukan lagi. Tapi bekal kewirausahaan masih banyak yang begitu dilepas di masyarakat belum bisa mandiri secara ekonomi,” ujarnya. 

Untuk itu, dia berharap dengan adanya kurikulum ini, diharapkan para pengasuh pesantren bisa memberikan pengetahuan kewirausahaaan yang cukup bagi santri. Bahkan, sebagai bentuk kerjasama, HIPSI DIY juga akan memberikan kesempatan bagi santri yang akan melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di tempat usaha yang dimiliki anggota HIPSI. ”Kita juga siapkan para pengusaha yang siap untuk menjadi tempat magang dan praktik usaha. Itu bisa dijalani secara bersama-sama,” terangnya. 

Dijelaskannya, kurikulum wirausaha santri ini ada tiga tingkatan. Yakni tingkat dasar, menengah dan lanjut. ”Masing-masing level berbeda-beda materi dan staf pengajarnya. Jadi nanti menyesuaikan dengan jenis tingkatannya,” terangnya sambil menjelaskan bagi santri yang berminat bisa mendaftar lewat HIPSI DIY. 

Sandiaga Uno mengapresiasi dengan dibuatnya kurikulum wirausaha bagi santri ini. Sebab, dengan begitu pendidikan kewirausahaan bagi santri akan lebih terarah dan terprogram dengan baik. ”Ini baik sekali. Bahkan ini harus dikembangkan di daerah lain juga. Kalau perlu nanti kita bareng-bareng kawal program ini,” ujar pria yang juga menjadi Pembina HIPSI ini.  

Dia mengaku sepakat dengan pemberian wawasan kewirausahaan bagi para santri. Sebab, sebagai orang yang nantinya akan diterjunkan di masyarakat, para santri harus bisa mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain. ”Bahkan, saya sangat berharap nanti ada santri yang menjadi pengusaha nasional bahkan internasional menggantikan saya,” harap mantan Ketua BP HIPMI ini. 

Sedang Pengasuh Pondok Pesantren Ar Risalah KH Wildan mengaku gembira dengan adanya kurikulum kewirausahaan bagi para santri. Bahkan, pihaknya siap mengaplikasikan kurikulum ini dan menjadi mata pelajaran wajib bagi para santri. ”Selama ini pesantren kita sebenarnya juga sudah menerapkan pengetahuan kewirausahaan untuk para santri. Hanya selama ini masih sebatas pengetahuan dan pengalaman kita. Dengan adanya kurikulum ini semoga bisa semakin menambah wawasan bagi para santri disini,” harapnya. (Syukron/Fathoni)