Daerah

Haul Abuya Alawi Al Maliki Diperingati

NU Online  ·  Ahad, 28 Juli 2013 | 10:54 WIB

Jepara, NU Online
Pesantren Az-Zahra desa Sekuro kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara memperingati haul ke-9 Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliky, Sabtu (27/7) malam. Kegiatan yang dihadiri ribuan jamaah juga bertepatan dengan 7 hari meninggalnya pengasuh pesantren Az-Zahra, KH Nur Choliq Ma’roef. 
<>
Shohibul bait yang diwakili KH Mundiri mengupas kisah singkat Abuya Maliki. Menurutnya Abuya adalah ulama Aswaja yang hidup di abad 15 H. Di masanya Pemerintah Saudi memberlakukan doktrin ajaran Wahabi sejak di bangku SD. Ironinya, siswa di sana memperoleh materi takfir (mengkafirkan) beserta dengan dalilnya. 

Atas keprihatinan itu Abuya yang konsen dengan kajian ilmiah menulis beberapa kitab tentang pelurusan paham Wahabi. Selama 1 tahun Abuya lanjutnya mengenalkan ajaran Aswaja dan pada suatu forum kenegaraan Abuya mengusulkan agar materi takfir dihapus dari mata pelajaran di sekolah. Saat itu, Abuya semakin dikenal di dunia. Setidaknya ada 40 kitab yang ditulisnya dan sudah diterbitkan sisanya sekitar 100 kitab lagi belum diterbitkan.  

Kiai Mundiri juga bercerita tentang almarhum. Kiai Nur Choliq merupakan murid Abuya yang mengabdi disana selama kurang lebih 17 tahun. 

Saking lamanya Kiai Choliq diberi kamar khusus oleh Abuya,” jelasnya. 

Tugas almarhum lanjutnya selain tukang bersih-bersih kendaraan milik Abuya juga nyupir (menyetir) Makkah-Madinah. 

“Dengan hikmah laden (mengabdi, red) dan tanggung jawab almarhum alhasil kiai Nur Choliq menjadi orang yang bermanfaat. Semoga almarhum dikumpulkan dengan gurunya Abuya,” doanya. 

KH Zuhrul Anam dari Banyumas yang berkesempatan memberikan ceramah mengungkapkan menyebut kematian menurutnya bersinggungan 2 hal akhirat dan ulama. Kehidupan di akhirat sebut Kiai Anam lebih lama dibanding di dunia. Hal itu terangnya sesuai ungkapan, “dunia  akan meninggalkan kita dan akhirat hendak menyongsong kita,” paparnya. 

Sedangkan berkaitan dengan ulama ia mengungkapkan salafus sholikhin tersebut mewariskan khazanah keilmuwan yang tidak pernah habis dipelajari oleh santri abad berapa pun. 

“Sehingga pahala untuk ulama tetap mengucur hingga yaumul qiyamah,” tambahnya. 


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Syaiful Mustaqim