Daerah

Hari Raya Ketupat, Pedagang Janur dan Kupat Panen Raya

NU Online  ·  Rabu, 13 Juli 2016 | 06:03 WIB

Probolinggo, NU Online
Kehadiran Hari Raya Idul Fitri sangat dinanti-nantikan bagi sekelompok orang, salah satunya para pedagang janur kuning dan ketupat yang kerap menjajakan barang dagangannya. Pasalnya, para pedagang ketupat/kupat dan janur kuning yang mayoritas berasal dari daerah pegunungan ini bisa meraup penghasilan lebih banyak dari hari-hari biasanya, terutama pada Hari Raya Ketupat.

Hari Raya Ketupat yang jatuh sepekan setelah Idul Fitri membawa berkah tersendiri bagi pedagang janur dan ketupat. Mereka “panen raya” karena komoditas jualannya laku keras.

Seperti yang dirasakan oleh Hamidah (33), warga Desa Condong, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jawa Timur. Pedagang janur dan ketupat yang biasa memasarkan dagangannya di Pasar Condong ini mengaku sejak beberapa hari menjelang Lebaran Ketupat, barang yang dijualnya laku keras.

“Alhamdulillah, ada berkah tersendiri setiap datangnya Hari Raya Idul Fitri. Sebab inilah para pedagang janur dan ketupat bisa memperoleh tambahan penghasilan. Dalam sehari paling sedikit saya bisa menjual 1.000 ketupat jadi dan ratusan ikat janur,” katanya, Selasa (12/7).

Hamidah menerangkan bahwa saat ini masyarakat lebih suka membelu ketupat kosongan yang sudah jadi dari pada membeli janurnya. Sebab mereka tidak perlu susah-susah menganyam untuk membuat ketupat. Terlebih selisih harganya tidak terlalu besar antara ketupat kosongan dengan janurnya.

“Kebetulan masyarakat lebih banyak yang suka praktis dan tidak mau susah-susah membuat sendiri. Oleh karena itu, biasanya saya selalu sibuk membuat ketupat agar tidak sampai kehabisan,” jelasnya.

Harga satu ikat ketupat berisi 10 ketupat jelas Hamidah sangat bervariasi tergantung dari besar dan kecilnya ketupat. Rata-rata harganya berkisar antara Rp 2.500 hingga Rp 3.000. “Yang jelas Hari Raya Ketupat membawa berkah bagi kami para penjual janur dan ketupat kosongan,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Fathoni)