Hadapi Era Informasi, Mari Belajar dari Pohon Kurma
NU Online · Ahad, 2 Desember 2018 | 13:00 WIB
Di era informasi saat ini, masyarakat khususnya umat Islam tidak boleh gampang terseret arus pemberitaan yang terus mengalir tak terbendung melalui berbagai media. Masyarakat harus waspada dan melakukan tabayun (klarifikasi) terhadap segala informasi yang diterima. Umat Islam harus menyaring berita yang diterima. Jangan sampai terprovokasi berbagai informasi yang dihembuskan oleh kelompok tertentu dengan motif tertentu apalagi mengatasnamakan agama.
Demikian diingatkan ketua Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Pringsewu, Lampung KH Sodiqin saat memberikan kajian hadits tentang sikap seorang muslim yang diibaratkan seperti pohon kurma. Kajian ini disampaikannya di depan jamaah Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di gedung PCNU Kabupaten Pringsewu, Ahad (2/12) pagi.
Hadits Rasulullah nomor 59 dalam Kitab Shohih bukhori yang ia jelaskan ini mengisahkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ada di antara pepohonan, satu pohon yang tidak gugur daunnya. Pohon ini seperti seorang muslim, maka sebutkanlah kepadaku apa pohon tersebut?”. Lalu orang menerka-nerka pepohonan wadhi.
“Abdullah Berkata: “Lalu terbesit dalam diriku, pohon itu adalah pohon kurma, namun aku malu mengungkapkannya.” Kemudian mereka berkata: “Wahai Rasulullah beri tahukanlah kami pohon apa itu?” Lalu beliau menjawab: “ia adalah pohon kurma,” terang Kiai Sodiqin mengartikan hadits tersebut.
Kiai Shodiqin pun menjelaskan bahwa seorang muslim haruslah memegang teguh filosofi pohon kurma seperti yang diibaratkan oleh Rasulullah dalam hadits tersebut.
“Pohon kurma itu daunnya sampai keringpun tidak akan gugur. Masih terus tergantung pada pohonnya kecuali ditarik. Inilah perumpamaan keyakinan umat Islam yang teguh, kokoh tidak mudah terombang ambing oleh kabar-kabar yang tidak jelas,” ujarnya.
Sesuatu yang tidak jelas sudah seharusnya jangan dijadikan pegangan atau rujukan terlebih hal terkait agama. Ia mengingatkan umat Islam khususnya di Indonesia untuk berpegang teguh kepada ulama yang jelas dengan silsilah keilmuan yang jelas pula serta sudah terbukti membawa kesejukan. Bukan propaganda, menghina bahkan mengafirkan.
“Saat ini sudah mulai terlihat segelintir orang sedang baru semangat-semangatnya beragama menjadikan orang yang tiba-tiba mengaku ulama menjadi rujukan. Semisal dengan mengibarkan bendera tauhid seolah-olah sudah paling tauhid. Padahal tauhid bukan di bendera. Tauhid itu di hati, diresapi dan diamalkan. Dan tauhid ini sudah menjadi rutinitas warga NU dalam aktifitas tahlilan. Kalau sekedar di bendera, gampang terbawa angin. Angin kesana ikut ke sana. Angin ke sini, ikut ke sini,” terangnya.
Orang yang sudah terpatri tauhidnya dalam hati lanjut Kiai Sodiqin, tidak akan mudah terpengaruh dengan fenomena yang terjadi saat ini di mana sebagian orang gampang tersulut dengan berbagai kejadian.
“Orang beriman tidak kagetan, tidak gumunan. Akan kokoh seperti pohon kurma yang kalau Nabi Muhammad SAW ada di Indonesia mungkin di ibaratkan sebagai pohon kelapa yang kokoh, lurus dan tetap tegar walau terterpa badai,” jelasnya.
Orang yang imannya sudah kokoh lanjutnya juga akan senantiasa banyak membawa manfaat kepada orang di sekitarnya. Hal ini diibaratkan seperti pohon kurma atau kelapa yang bagian-bagiannya dapat dimanfaatkan mulai dari daun, batang, buah sampai dengan akarnya. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua