Daerah

Guru Sekumpul Wafat

Rab, 10 Agustus 2005 | 02:04 WIB

Martapura, NU Online
Sejak diumumkannya kematian Alimul Syekh K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghani, subuh Rabu kaum muslim mulai membanjiri Sakumpul - Martapura, ibukota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (40 Km dari Banjarmasin) atau sekitar 13 kilometer dari Bandara Syamsudin Noor.
       
Pemantauan ANTARA Banjarmasin, kawasan komplek Sakumpul,  tempat rumah duka ulama kharismatik di propinsi berpenduduk sekitar 3,2 juta jiwa dan sebagian besarnya kaum muslim itu, hingga pagi pukul 08.30  Wita sudah dipadati pengunjung/pelayat yang bukan saja warga masyarakat Martapura atau "serambi Mekkah" nya Kalsel, tapi  berdatangan dari berbagai pelosok.  "Pemakaman almarhum direncanakan sesudah shalat Ashar atau sekitar pukul 16.00 Wita," ujar Bupati Banjar, Ir. H. Gusti Khairul Saleh saat berada di rumah duka dan ditengah kerumuman kaum muslim yang mau membacakan Surat Yasin serta tahlilan itu.
       
Sementara kaum muslim dari berbagai penjuru Kalsel, baik asal kawasan Kota Banjarmasin dan sekitarnya maupun daerah Hulusungai atau "Banua Anam" (benua enam)  propinsi tersebut nampak terus berdatangan, sehingga kawasan Sakumpul bagaikan lautan manusia, karena orang-orang yang berada di komplek itu seperti menyemut pula. 

Pasalnya kematian Guru Sakumpul itu sejak usai shalat subuh hingga pagi hari diumumkan hampir di semua tempat ibadah, seperti langgar (surau) dan masjid dihampir seantero Kalsel, tidak hanya di "kota intan" Martapura atau "Bumi Barakat" Banjar serta Kota Banjarmasin, tetapi juga sampai daerah Hulusungai.
       
Dengan kematian Guru Ijai (panggilan akrab almarhum), Kalsel seakan berduka karena kehilangan ulama kharismatik yang bukan saja terkenal di propinsinya, tetapi luar daerah, bahkan sejumlah pejabat negara dari ibukota nyaris tak pernah lupa dan selalu menyempatkan diri bersilaturrahmi dengan Guru Sakumpul tersebut, seperti mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan lainnya.
       
Selain dalam suasana duka, Kematian Guru Ijai itu nampaknya membuat sopir taksi kelihatannya juga menjadi "super sibuk" baik mereka yang berasal dari Hulusungai maupun Kota Banjarmasin dan sekitar serta daerah lainnya, karena banyak warga muslim ingin melayat ke Sakumpul.
       
Almarhum sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura sejak 29 Juli lalu, namun karena kondisinya yang agak mengakhawatirkan akhirnya kembali dibawa pulang dan tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin di Banjabaru Selasa (9/8) sekitar pukul 20.20 Wita, kemudian meninggal dunia subuh Rabu sekitar pukul 05.00 Wita.
       
Guru Ijai memang sejak satu tahun terakhir kondisi kesehatannya agak menurun, sehingga tak aktif lagi memimpin pengajian di Sakumpul, yang biasanya almarhum adakan tiap hari Sabtu untuk perempuan dan Minggu bagi laki-laki, yang jemaahnya bukan saja warga Kalsel, tetapi juga datang dari propinsi tetangga seperti Kalimantan Tengah dan Kaltim.
       
Pemakaman Guru Sakumpul itu agak sedikit tertunda karena menunggu sekembalinya Gubernur Kalsel, H. Rudy Ariffin yang juga merupakan anak angkat almarhum tersebut, melantik Bupati Kotabaru periode 2005 - 2010 yang sudah terjadwal, Rabu pagi.
       
Sementara Banjarmasin - Kotabaru yang berjarak sekitar 300 kilometer itu kalau naik darat/lewat jalan raya dengan kondisi jalanan seperti sekarang makan waktu paling cepat 16 jam pulang pergi, namun rombongan orang nomor satu di jajaran Pemerintah Propinsi (Pemprop) Kalsel tersebut menggunakan pesawat udara.

Diketahui Syekh K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghan adalah seorang ulama yang masih termasuk zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, Ulama besar yang menjadi soko guru para ulama di Kalimantan. Guru Sekumpul ini seorang ulama yang menghimpun antara syari’at, thariqat dan haqiqat, juga seorang hafazh beserta tafsirnya, yaitu tafsir Al-quran al-‘azhim lil-Imamain al-Jalalain.
(atr/cih)

<>