Daerah MENYAMBUT HARI GURU NASIONAL 2018

Guru Madrasah Ini Berprestasi Internasional Lewat Kaligrafi

Jum, 23 November 2018 | 03:00 WIB

Jombang, NU Online 
Menjadi guru madrasah bagi sebagian orang adalah kebanggaan tersendiri. Apalagi madrasah tersebut berada di lingkungan pesantren tua yang penuh berkah. Hal ini juga yang dirasakan Zainul Mujib, guru kesenian di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jombang, Jawa Timur.

Sejak beberapa tahun terakhir dirinya mengabdikan diri pada madrasah yang berada di lingkungan Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar ini. Pesantren ini didirikan oleh tokoh besar Nahdlatul Ulama KH Bisri Syansuri bersama sang istri Hj Chodidjah.

"Mengajar itu mengasyikkan, apalagi berada di lembaga yang bagus dan mata pelajaran yang cocok dengan kita. Saya mengajar pelajaran kesenian dan Aswaja di MAN 4 Jombang. Niat mengamalkan ilmu yang didapat terutama berkaitan dengan seni kaligrafi al-Qur’an," katanya, Jumat (23/11).


Kaya Prestasi
Pria yang biasa disapa Mujib ini punya prestasi yang membanggakan di tingkat nasional dan internasional. Beberapa kegiatan kaligrafi internasional berhasil ia ikuti dan menang. Seperti pada 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut berhasil lolos menjadi peserta pameran seni rupa Islam di Aljazair.

Untuk mengikuti pameran ini bukan perkara mudah, ia harus bersaing ketat dengan begitu banyak peserta dari berbagai negara seperti Turki, Cina, Malaysia, Iran, Mesir dan masih banyak lagi negara lain. Karya tersebut akan diseleksi oleh dewan juri secara teliti. Bagi kaligrafer yang lolos maka akan dipanggil ke Aljazair untuk mengikuti rangkaian kegiatan pameran dan serta fasilitas gratis.

"Acara di Aljazair itu persaingannya sangat luar biasa. Saya awalnya hanya ingin menunjukkan bahwa insan madrasah juga bisa bersaing di dunia internasional,” kenangnya. 

Di sana ia bertemu dengan para ahli kaligrafi dari berbagai belahan dunia. Hebatnya, biaya berangkat dan selama di sana ditanggung Aljazair. “Kita dilayani seperti tamu besar," jelasnya.

Kaligrafi telah membawa namanya melambung melewati batas angan-angannya selama ini. Hal sebelumnya tak pernah dibayangkan kini terwujud. Walaupun di tengah kesibukan mengajar di madrasah, namun karyanya terus mengalir dan menang. Dengan kaligrafi ia bisa mengunjungi berbagi negara.

Menekuni kaligrafi sejak di bangku aliyah membuat kehidupannya tak bisa lagi dilepaskan dari kaligrafi. Kaligrafi menjadi semangat hidup untuk terus bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat umum. Dan tentunya bisa membahagiakan orang tuanya.

"Tahun 2017 kemarin kita berhasil menjadi juara dua lomba iluminasi tingkat nasional di Kudus, Jawa Tengah. Dan pada tahun 2014, 2016, dan 2018 saya menjadi juara pertama Musabaqoh Khath Al-Qur’an dalam MTQ tingkat Kabupaten Jombang,” ungkapnya. 

Prinsipnya, prestasi akan datang lewat ketekunan. “Tanpa keuletan dan istikamah dalam belajar, prestasi hanya hayalan," ungkap alumni Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang ini.

Mimpi Buka Jurusan Kaligrafi
Selain kesibukan mengajar di madrasah, Mujib juga aktif merawat Sekolah Kaligrafi Al-Qur’an (Sakal) di Pesantren Mamba'ul Marif. Ia dengan gurunya bernama Atho'ilah bahu membahu mendampingi calon ahli kaligrafi andal. Para santri diajarkan secara telaten tata cara menulis Arab yang bagus dan bersanad.

Kegiatan pembelajaran di Sakal dilakukan setiap sore hari dan semua orang bisa ikut bergabung. Selain mengajar di Sakal, ia juga aktif mengisi seminar dan mendampingi pembelajaran kaligrafi di Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Universitas Islam Negeri Malang, Pesantren Alfitrah Surabaya dan Pesantren An-Nasriah Bahrul Ulum, Jombang.

"Saya tidak memaksakan peserta didik saya harus juara dalam berbagai perlombaan. Tapi karena mereka tekun, kemarin ada beberapa yang juara di lomba kaligrafi tingkat ASEAN di Singapura. Mereka sudah mulai berprestasi di Internasional juga, alhamdulilah," beber Mujib.

Di masa depan, Mujib menginginkan kaligrafi hadir dalam kehidupan masyarakat. Dan salah satu cita-cita terbesarnya yaitu ingin membuka jurusan kaligrafi di kampus-kampus yang ada di Indonesia. Dengan begitu, kaligrafi tidak lagi menjadi kegiatan tambahan dalam lembaga pendidikan melainkan menjadi ilmu pokok yang harus dipelajari.

"Kita juga bisa dakwah lewat kaligrafi, yaitu lewat tulisan yang bagus tentang ayat Al-Qur’an dan hadits. Dengan tulisan indah maka orang tertarik pula membaca. Oleh karena itu saya bercita-cita suatu hari nanti di Indonesi adalah jurusan kaligrafi di kampus-kampus. Semoga, mohon doanya," tandas pria asli Lamongan ini. (Syarif Abdurrahman/Ibnu Nawawi)