Daerah

Guru Harus Kreatif dan Inovatif Atasi Problem PKBM

NU Online  ·  Jumat, 4 Mei 2018 | 07:00 WIB

Guru Harus Kreatif dan Inovatif Atasi Problem PKBM

peserta seminar keguruan di Unwaha Jombang

Jombang, NU Online
Mahasiswa merupakan calon tenaga pendidik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai tenaga pendidik dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Demikian salah satu poin penting dalam acara Seminar Keguruan yang diselenggarakan Fakultas Agama Islam Universitas KH A Wahab Chasbullah (Unwaha) Tambakberas, Jombang, Kamis (3/5) di Auditorium Kampus setempat.

Setidaknya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik, guru harus menguasai sejumlah metode atau strategi dalam proses kegiatan belajar mengajarnya (PKBM). Salah satu yang dinilai efektif adalah metode scientific. 

"Pintar-pintarnya seorang guru atau tenaga pendidik dalam mengolola kelas sehingga tercipta kelas yang kondusif dengan menerapkan teori pendekatan scientific yang mana pembelajaran berpusat pada aktivitas peserta didik guru sebagai fasilitator peserta didik atau siswa," kata narasumber seminar Ali Muttaqin.

Dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam ini menambahkan, peserta didik jauh akan lebih berkembang dengan pendekatan scientific. Pasalnya, penekanan dalam metode ini lebih pada siswa-siswi itu sendiri. Siswa-siswi, paparnya, dituntut untuk lebih aktif saat proses belajar mengajar berlangsung.

"Dengan adanya pendekatan ini, para siswa akan lebih kritis dalam memahami sebuah konsep pembelajaran.  Mereka tidak hanya mendengarkan pengetahuan dari gurunya, tetapi juga diharuskan mencari informasi atau data secara mandiri. Memahami konsep yang telah mereka temukan  secara mandiri bukan sekedar diberikan oleh guru," jelasnya.

Lebih spesifik ia menjelaskan, ada 5 pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan metode scientific. "Terdapat 5 M dalam menerapkan pendekatan scientific yaitu mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan," tuturnya.

Di lapangan banyak ditemui bahwa gejala umum aktifitas siswa yang menjadikan isu internasional yaitu sebagian peserta didik yang tidak memperhatikan siswa. Siswa melakukan kegiatan di luar mata pelajaran. Selain itu para siswa-siswi tidak fokus, tidur dalam kelas saat PKBM berlangsung dan seterusnya.

"Maka bisa kita bayangkan ketidakkondusifan kelas disebabkan oleh tidak pedulinya siswa terhadap kebutuhan untuk memperoleh ilmu," ujarnya.

Untuk mengatasi problem tersebut, maka guru harus senantiasa meninggakatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Pasalnya, guru yang kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajarannya menjadi sebab domain terciptanya PKBM yang garing. (Syamsul Arifin/Muiz)