Daerah

Guru Besar Pagar Nusa Kota Probolinggo Wafat

NU Online  ·  Rabu, 6 Maret 2013 | 02:25 WIB

Probolinggo, NU Online
Guru besar Pencak Silat Pagar Nusa Kota Probolinggo KH Abdul Hadi yang tinggal di Kelurahan Sukoharjo Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo, Senin (4/3) sore wafat dalam usia 86 tahun.<>

Selama hidupnya, Kiai Abdul Hadi banyak menghabiskan waktunya untuk membesarkan NU di Kota Probolinggo dan memegang peranan dalam kemajuan Pagar Nusa di Kota Probolinggo.

Meninggalnya Kiai Abdul Hadi ini membuat sebagian besar warga Nahdliyin Kota Probolinggo merasa kehilangan. Sejak kabar duka tersebut tersebar, di rumah duka banyak masyarakat yang datang takziah untuk menyampaikan ucapan belasungkawa sekaligus membacakan tahlil.

Ketua Pagar Nusa Kota Probolinggo Wahid kepada NU Online mengatakan KH. Abdul Hadi menghembuskan napas terakhir pada pukul 15.00 WIB di rumah duka. Usai disholatkan, selepas Isya’ sekitar pukul 20.00 WIB, jenazah almarhum langsung dimakamkan di komplek pemakaman umum kelurahan setempat.

”Selain karena sudah sepuh, beliau meninggal dunia juga karena penyakit jantung yang dideritanya sejak dua bulan terakhir. Dua bulan yang lalu, beliau sempat dirawat di ICU dr. Moch. Saleh Kota Probolinggo. Setelah dinyatakan sehat, beliau periksa jalan dan rutin kontrol kepada dr. Taufik. Hingga akhirnya benar-benar dinyatakan sembuh oleh dokter,” ujarnya.

Wahid mengungkapkan kepergian Kiai Abdul Hadi yang tiba-tiba sangat mengejutkan semua pihak keluarga dan kerabatnya, termasuk dirinya. Pasalnya beberapa jam sebelum wafat, Kiai Abdul Hadi dalam keadaan sehat wal’afiat dan sempat bercanda dengan semua jajaran Pagar Nusa Kota Probolinggo. Bahkan sempat kumpul membahas pengamanan pelantikan PCNU Kota Probolinggo.

”Bahkan kami sempat makan bersama dengan menu favorit beliau sambel terong. Usai sholat Duhur, beliau istirahat. Menjelang sholat Ashar, beliau bangun dan langsung mandi. Selesai mandi beliau masuk kamar untuk ganti pakaian. Namun sesampainya di depan pintu kamar beliau langsung jatuh dan tidak sadarkan diri. Saat diberi nafas buatan, beliau memberi respon. Akhirnya kami menyarankan untuk dibawa ke RSUD dr. Moch. Saleh. Namun sesampainya di rumah sakit beliau dinyatakan sudah wafat,” terangnya.

Menurut Wahid, meninggalnya Kiai  Abdul Hadi meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi keluarganya dan orang-orang terdekatnya. Pasalnya, almarhum dikenal sangat menyayangi keluarga dan peduli terhadap santri-santrinya.

”Perjuangan beliau sungguh sangat luar biasa. Beliau berjuang membesarkan NU dan Pagar Nusa tidak ada tendensi apa-apa. Rasa sayang beliau kepada santri-santrinya tidak bisa dilupakan,” jelasnya.

Dikatakan Wahid, ada tiga ajaran dan pesan yang selalu disampaikan oleh Kiai Abdul Hadi kepada santri-santrinya. Pertama, sholat itu harus dijemput. Sebelum datang waktu sholat, maka santrinya diminta sudah harus siap dalam keadaan suci. Kedua, orang kalau berjuang memang memerlukan pengorbanan. Kalau berjuang mintalah gaji kepada Allah. Ketiga, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

”Ajaran-ajaran tersebut yang selalu disampaikan oleh beliau dalam setiap kesempatan. Oleh karenanya, kami benar-benar merasa sangat kehilangan sekali atas wafatnya guru besar Pagar Nusa Kota Probolinggo,” tegasnya. 

Sementara Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Probolinggo Maksum Subani mengungkapkan bahwa selama ini Kiai Abdul Hadi selalu tampil all out dan bertanggung jawab atas keberlangsungan Pagar Nusa Kota Probolinggo. Bahkan dulu juga dikenal sebagai seorang pelatih yang sangat handal dan disegani. Perjuangannya sangat besar sekali dalam membesarkan Pagar Nusa di Kota Probolinggo.

”Keluarga besar PCNU Kota Probolinggo turut berduka cita atas meninggalnya salah satu pejuang NU sekaligus guru besar Pagar Nusa Kota Probolinggo. Semoga segala amal ibadahnya senantiasa diterima oleh Allah SWT serta dimaafkan segala kekhilafannya,” ujar Maksum Subani.




Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Syamsul Akbar