Daerah

Gerakan Berbagi Yayasan At-Tawassuth Bogor Distribusikan 650 Nasi dan Sembako

Sen, 20 April 2020 | 22:00 WIB

Gerakan Berbagi Yayasan At-Tawassuth Bogor Distribusikan 650 Nasi dan Sembako

Penyaluran bantuan nasi kota 'Jumat Berbagi' Yayasan At-Tawassuth Bogor. (Foto: Istimewa)

Bogor, NU Online
Hingga saat ini, Gerakan Jumat Berbagi Nasi Boks Gratis yang digagas oleh Ketua Yayasan At-Tawassuth, Ahmad Fahir telah mendistribusikan 650 nasi boks dan sembako. Bantuan tersebut menyasar kepada yatim, dhuafa, janda, dan guru ngaji di sejumlah desa di Kecamatan Kemang dan Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor.
 
Ahmad Fahir mengatakan, gerakan tersebut diluncurkan pada 21 Februari 2020. Langkah kecil tersebut sebagai ikhtiar memperhatikan yatim dan dhuafa, dengan memberi makan setidaknya seminggu sekali setiap hari Jumat di lokasi domisili lembaga, Desa Bojong, Kemang, Kabupaten Bogor.
 
"Kami membagikan nasi boks dan sembako dengan diantarkan langsung ke rumah mustahiq. Langkah ini dilakukan sejak pertengahan Februari 2020. Sekarang menjadi lebih relevan dengan keharusan physical dan social distancing," ujar Ahmad Fahir, Senin (20/4).
 
Keunikan lainnya, gerakan pembagian nasi boks ala Yayasan At-Tawassuth, yaitu memberdayakan petani lokal, dengan membeli hasil panen petani desa Bojong. Desa ini dikenal sebagai salah satu lumbung pertanian di Kabupaten Bogor.
 
Fahir yang juga pendiri Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan, setiap hari Jumat pihaknya membagikan sekitar 50 hingga 100 nasi boks dan paket sembako.
 
Terbaru, pada Jumat (17/4), dibagikan 70 nasi boks dan 30 paket sembako pada yatim, dhuafa, dan guru ngaji di Desa Bojong, Desa Pabuaran, Desa Kemang, Kecamatan Kemang serta Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor.
 
Sejak gerakan Jumat Berbagi Nasi Boks Gratis diluncurkan, lanjut alumnus Pesantren Daarul Rahman Jakarta ini, selain sudah membagikan total 650 nasi boks dan sembako, juga telah membagikan daging dari  satu ekor kambing hingga pembagian 12 buah tasbih kepada masyarakat.
 
Gerakan Jumat Berbagi Nasi Boks pada yatim dan dhuafa yang disuarakan Yayasan At-Tawassuth melibatkan Pengurus Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Bojong, Kecamatan Kemang, sebagai mitra dalam penyaluran.
 
Selain itu, pihak Yayasan At-Tawassuth juga menggalang bantuan maupun menerima dukungan dalam bentuk barang bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dan berjuang bersama dalam gerakan bertajuk sedekah, filantropi dan kemanusiaan.
 
Fahir mengatakan, di tengah situasi bencana wabah Covid-19 yang melanda Jabodetabek dan Indonesia pada umumnya, gerakan berbagi sedekah semakin dinanti oleh masyarakat dhuafa. Tali asih para dermawan amat diperlukan untuk meringankan beban hidup mereka.
 
"Semoga badai corona segera berlalu. Aksi jumat berbagi nasi boks ini sekaligus selain sebagai ikhtiar kecil membantu meringankan beban warga dhuafa juga sebagai bentuk munajat sosial. Sedekah dapat mencegah bencana. Bala bencana tidak akan mendahului sedekah," ujar Fahir yang juga Musrasyar PRNU Desa Bojong.
 
Fahir merasa bersyukur gerakan sedekah yang ia luncurkan mendapatkan dukungan masyarakat. Walau masih bersifat terbatas sejumlah dukungan datang dari para dermawan dari berbagai daerah di Jabodetabek, Banten, Pekalongan, bahkan ada yang berasal dari Warsawa, Polandia.
 
Tokoh Pendidikan Kota Bogor, H Budi Prasodjo mengapresiasi gerakan sedekah yang diprakarsai Yayasan At-Tawassuth.
 
:Kami mengapresiasi karena gerakan ini selain sasarannya yatim, dhuafa dan guru ngaji, juga benar-benar memuliakan mustahiq, dengan mengantarkan santunan ke rumah. Hal ini dilakukan bukan karena tuntutan social distancing, namun dari awal berjalan saat belum ramai wabah corona sudah dirancang seperti itu," ujar Budi Prasodjo.
   
Menurut Ketua LP3 Diagnostiq ini, gerakan Yayasan At-Tawassuth tersebut sangat bermanfaat dalam membantu mengurangi beratnya beban hidup yang dihadapi ana-anak yatim, dhuafa, janda maupun muallim kampung. Terlebih dalam suasana bencana corona.
 
"Mereka perlu perhatian dari kita semua. Terlebih sekarang dalam susana wabah Covid-19, beban hidup menjadi semakin berat akibat melemahnya daya beli dan perekoomian nasional," papar alumni Fateta IPB ini.
 
Editor: Kendi Setiawan