Tasikmalaya, NU Online
Dua Tokoh Seniman Asal Jawa Barat Acil Bimbo dan Acep Zamzam Noor menyoroti dengan serius terhadap pentingnya gerakan Jaga Lembur (Jaga Kampung Halaman) di tengah realita dan kondisi yang memprihatinkan seperti saat ini.
Keduanya berkumpul bersama anak muda Tasikmalaya saat mengadakan Focus Group Diskusi (FGD) dengan Tema “Jaga Lembur” yang dilaksanakan oleh Sarjana NU Kabupaten Tasikmalaya, Pergerakan Relawan Kemanusiaan dan Lingkungan Tasikmalaya (PRKT) dan Keluarga Pelajar Mahasiswa Tasikmalaya di Yogyakarta (KPMT-Y) di Pondok Pesantren Manarul Hikam Tampian, Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
Acil Bimbo Menyatakan Jaga Lembur adalah revitalisasi kecintaan kita pada daerah dan jika dulu sejengkal tanah diperjungkan dengan tetesan darah, tapi sekarang malah seenaknya dijual atau dikuasai orang lain.
“Di tengah krisisnya kecintaan kita kita pada kampung halaman kita di Indonesia disuguhkan dengan berbagai permasalahan seperti Korupsi, Narkoba, Kekerasan dan sebagainya. Orang yang korupsi adalah orang yang tidak cinta pada daerahnya sendiri,” jelasnya.
“Dan kita juga jangan kalah ditanah sendiri dan harus bangkit dan tekadkan bahwa kami orang tangguh, orang unggul, dan bukan pecundang, semuanya harus pintar dan ingat bahwa tidak ada sukses yang tidak dibeli oleh capek,” imbuhnya.
Seniman Asal Cipasung Acep Zamzam Noor juga menuturkan bahwa Jaga Lembur adalah hal yang sangat penting dan harus diperjuangkan di Tasikmalaya. “Kita lihat realita di Tasikmalaya setelah meletusnya Gunung Galunggung pasir Vulkanik Glaunggung itu sangat laku dan banyak dijadikan bahan untuk pembangunan di mana-mana, dari sana muncul mafia pasir di Tasikmalaya,” ujarnya.
Dan ketika Pasir Galunggung Habis Bukit Bukit di Tasikmalaya habis dikikis oleh mereka, dulu Tasikmalaya Kota Sampai Singaparna itu terkenal dengan Seribu Bukit. Namun bukit-bukit itu dikikis habis dan entah ke mana.
“Apalagi dengan penambangan pasir besi di selatan itu sangat merusak lingkungan. Memang dengan perkembangan penduduk, bukit-bukit itu dikikis dan setelah rata jadi perumahan, tapi seharusnya harus ada bagian yang dipertahankan, ini bukit dikikis dan sawah pun dikeruk, seharusnya pemerintah haarus memperhatikan itu,” tegasnya. (Husni Mubarok/Fathoni)