Daerah

Di Museum NU, LTN se-Jatim Adakan Refleksi Seabad Nahdlatul Wathan

NU Online  ·  Sabtu, 30 Juli 2016 | 01:00 WIB

Surabaya, NU Online
Nahdlatul Ulama lahir tidak dengan tiba-tiba. Ada dialektika yang mengawali, sehingga menjadi jam'iyah yang mampu bertahan hingga jelang satu abad lewat berbagai kiprah. Baik keagamaan, kontribusi kepada tanah air, hingga sumbangsihnya bagi dunia.
 
"Salah satu yang menjadi ruh bagi berdirinya NU adalah keberadaan Nahdlatul Wathan," kata Ahmad Najib AR, Jumat (29/7). Lewat Nahdlatul Wathan (NW) yang diprakarsai oleh KH Abdul Wahab Chasbullah di Surabaya bersama sejumlah kiai akhirnya bermunculan organisasi serupa di berbagai kota, lanjutnya.

Lewat NW pula, maka semangat nasionalisme melalui cinta Tanah Air digelorakan para kiai dan ulama sehingga perlawanan kepada penjajah demikian merasuk di sanubari rakyat. "Dan berdirinya NU adalah dari NW ini, yang memang bernafaskan kebangsaan," kata Ketua PW Lembaga Ta'lif wan Nasyr NU Jatim. Di samping itu ada Nahdlatut Tujjar atau kebangkitan para saudagar serta Taswirul Afkar atau kelompok pemikiran yang turut menjadi embrio bagi lahirnya NU di Tanah Air, lanjutnya.

NW sendiri berdiri tahun 1916, yang merupakan organisasi pergerakan kaum pesantren dalam wacana dan pergerakan nasional yang tengah menggema. Organisasi yang didirikan oleh Mbah Wahab ini, adalah bentuk kesadaran kaum pesantren sebagai respon atas praktik kolonialisme.

"Dan jelang seabad keberadaan NW ini, kita akan lakukan refleksi bersama terhadap eksistensi cinta Tanah Air selama ini dan tantangan yang dihadapi," tandas Gus Najib, sapaan akrabnya.

Kesadaran inilah yang kemudian menggerakkan para pegiat literasi yang terhimpun dalam kepengurusan LTN NU se-Jatim untuk melakukan revitalisasi keberadaan NW. "Agar anak muda NU tidak tercerabut dan ahistoris," kata alumnus pascasarjana UIN Sunan Ampel ini.

Kegiatan yang dikemas dengan halal bihalal tersebut akan berlangsung Sabtu, (30/7) atau 25 Syawal 1437 H dari jam 08.00 hingga petang. "Kegiatan kami pusatkan di hall Museum NU Surabaya Jalan Gayungsari Timur No. 35 Surabaya," kata Rizal Mumazziq Zionis.

Pada acara tersebut juga akan diadakan peluncuran buku karya KH. Sholeh Hayat yang berjudul "Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan". Sedangkan narasumber yang turut hadir dan akan memberikan orasi adalah H Choirul Anam yang merupakan sejarawan senior NU, sekaligus penulis buku "Sejarah kelahiran dan Perkembangan NU"

Gus Rizal yang juga sebagai ketua panitia menginformasikan bahwa para peserta akan mendapatkan buku karya KH Sholeh Hayat. "Syaratnya harus terdaftar dulu karena jumlah buku sangat terbatas," katanya. Untuk konfirmasi kehadiran sekaligus kepastian mendapatkan buku, peserta dapat menghubungi nomor 0856-4531-1110. (Ibnu Nawawi/Fathoni)