Di Era Medsos, Jari-Jemarimu Bisa Jadi Harimaumu
NU Online · Ahad, 14 Oktober 2018 | 05:30 WIB
Saat ini pepatah Mulutmu adalah Harimau mu sudah tidak relevan lagi. Di era digital, di mana banyak orang yang saat ini berkomunikasi melalui media sosial, jari-jari tangan juga bisa menjadi harimau yang siap menerkam diri sendiri jika tidak berhati-hati dalam mengungkapkan fikiran di media sosial.
Hal ini dikatakan Abdul Qadir Zaelani, salah satu pemateri Pendidikan dan Latihan (Diklat) Jurnalistik Hari Santri Nasional 2018 Tingkat Kabupaten Pringsewu yang dilaksanakan di Kampus STMIK Pringsewu, Sabtu (13/10)
Menurutnya, era saat ini manusia tidak hanya bisa menfitnah langsung secara lisan. Akan tetapi dengan tulisan-tulisan yang dibuat dan disebarkan di media sosial, berisi kalimat-kalimat negatif menjatuhkan, orang bisa melakukan tindakan yang sangat dilarang agama Islam ini. Selain itu, saat ini orang juga bisa dengan gampangnya membuat berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian lainnya untuk kepentingan sendiri atau kelompok.
Oleh itu kepada para jurnalis muda yang mengikuti diklat tersebut, Pemred MUI Lampung Online ini mengajak untuk memerangi berita bohong dan ujaran kebencian dengan senantiasa mengisi dunia maya dengan konten-konten positif.
“Saat ini masyarakat sudah gampang sekali mengakses informasi melalui gadget yang sudah menjadi teman sehari-hari. Jurnalis muda harus ikut memberikan pencerahan kepada masyarakat semisal dengan cara mendeteksi mana berita hoaks dan mana bukan agar masyarakat paham,” ujarnya.
Selaras dengan hal ini, pemateri lain, Agus Suwignyo dari SKH Radar Lampung menjelaskan kepada peserta tentang ciri-ciri berita hoaks. Diantaranya adalah judul yang berlebih-lebihan, sumber yang tidak jelas, sumber berita yang tidak dipercaya dan foto berita yang dimanipulasi.
Agus mengajak agar masyarakat waspada dengan tidak gampang mempercayai berita-berita yang di dalamnya terdapat ciri-ciri tersebut. Ia pun mengingatkan agar tidak gampang menyebarkan berita yang bersangkutan belum membaca. jangan hanya tertarik dengan judulnya dan ingin menjadi yang pertama saja sehingga ikut menyebarkan berita bohong.
“Mengirimkan hoaks ke orang lain walaupun tujuannya untuk menanyakan kebenaran dari berita tersebut, sama saja sudah ikut menyebarkannya,” kata Agus. (Muhammad Aldi Romdhoni/Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua