Daerah

Desa Ngaglik Temanggung Lestarikan Tradisi Nyadran

NU Online  ·  Ahad, 22 Mei 2016 | 08:00 WIB

Temanggung, NU Online
Di sebuah dusun kecil di wilayah Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada Jumat (20/5) melangsungkan tradisi Nyadran. Tradisi ini oleh masyarakat NU setempat dinilai sebagai salah satu implementasi dari kaidah "Melestarikan tradisi lama yang baik dan mengambil hal yang baru yang lebih baik".

Menurut Imam Masjid Ngaglek, Kiai Zainudin, dahulu saat periode awal tradisi nyadran di dusun ini masih dilakukan di bawah pohon beringin besar yang berada di salah satu sudut dusun Ngaglik ini. Praktik tradisi nyadran di desa ini sampai sekarang sudah berjalan kurang lebih 90 tahun (5 generasi). Sejak amanah imam masjid di Dusun ini dipercayakan kepada Simbah Kiai Yasin, pendiri Masjid Dusun Ngaglik hingga saat ini dibawah bimbingan Kiai Zaenuddin.

Uniknya pelaksanaan tradisi nyadran yang bertepatan tiap Jum'at Kliwon bulan Sya'ban ini selain terdapat bancaan ingkung (ayam) juga diadakan beberapa rangkaian kegiatan yang sangat baik untuk dilestarikan. Di antaranya adalah melakukan ziarah kubur ke makam dusun (berseh-red), tahlilan dan haul masal dusun yang dihelat di serambi masjid, kepungan dengan 'ingkung' ayam panggang jago yang diikat posisi terkungkung seperti orang sujud,  sedekahan, yang dilanjutkan pada malam harinya dengan pengajian yang menghadirkan tokoh  kiai untuk memberikan siraman rohani bagi warga.

Dalam sambutannya selaku imam masjid, Kiai Zaenuddin menyampaikan bahwa, "Berseh' yang kita laksanakan ini mengandung dua makna, satu Birrul Syaikh artinya berbuat baik kepada sesepuh dan orang tua baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. "Yang masih hidup kita hormati dan kita taati, adapun yang sudah wafat kita jenguk (ziarah-i)," jelasnya.

Kiai Zaenuddin juga mengimbau supaya tradisi tahunan ini tetap dijaga dan dilestarikan. Alumni Pesantren API Tegalrejo Magelang ini menambahkan bahwa makna "berseh" yang kedua adalah bersih-bersih, artinya kita datang ke makam orang tua kita (ziarah) sekaligus membersihkan makam sesepuh kita, itu dalam rangka mengingat jasa-jasa sesepuh  orang tua kita. Berikutnya, ia menyinggung tentang sampainya pahala yang dikirimkan kepada mayit, "bila ada yang tidak percaya silahkan mati dulu kemudian saya kirimi bacaan tahlil," selorohnya.

Dalam Tradisi tahunan ini juga diadakan syukuran bancaan dengan ingkung. Menurut Kiai Isro'i, salah satu kiai dari Tembarak Temanggung, ingkung memiliki makna filosofi yang sangat dalam. Ingkung menggambarkan manusia dalam kepasrahan kepada Sang Kholiq. Senada dengan yang disampaikan dalam Al-Qur'an bahwa, "Barang siapa yang berpasrah kepada Allah, maka Allah akan menanggung kesemuanya". Maka digambarkan ingkung itu benar-benar dalam kepasrahan, diantaranya : (1) ingkung itu kakinya diikat, seperti halnya manusia bila kakinya terikat, Ia tidak mampu berbuat banyak, sehingga Ia pada posisi kalah dalam kepasrahan, (2) ingkung itu seluruh isi di dalam perutnya (jeroan) dikeluarkan. Hal ini memiliki makna mensucikan diri dari penyakit hati, berupa iri, dengki, sombong, riya', dan penyakit hati yang lain.

"Kita bisa mengambil hikmah dari hal ini dengan harapan hati kita terbebas dari segala macam penyakit hati, (3) Ingkung itu kepalanya dimasukkan kedalam dada, ini memiliki makna kita lebih mawas diri dan menjadi manusia yang tidak memamerkan dirinya, dalam bahasa jawanya : bisoho rumongso tapi ojo rumongso biso. Sehingga bila kita mengingat akan dalamnya makna filosofi ingkung ini, maka wajar bila dilestarikan hingga saat ini" tuturnya.

Pada kesempatan nyadran tahun ini, juga menghadirkan kiai muda, Gus Muhamad Hanif Ahab, pengasuh Pesantren I'anatul Mujtahidin Blembeng Tegalrejo Magelang putra dari Kiai Mukhlasin, salah satu santri pertama Kiai Chudlori Tegalrejo. Dalam pengajiannya ia menyampaikan  bahwa betapa pentingnya di zaman ini memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anak, baik di madrasah diniyah atau pun pesantren. Sementara posisi orang tua sebagai uswatun khasanah bagi putra-putrinya. (M. Haromain/Zunus)