Daerah

Dakwah Inklusif di Tengah Maraknya Aliran Keagamaan

Selasa, 13 Februari 2018 | 10:05 WIB

Jember, NU Online
Aliran atau faham keagamaan tidak akan pernah lenyap. Ia akan terus ada dan berkembang seiring dengan dinamika kehidupan umat manusia.

Menurut Ketua MUI Kabupaten Jember, Abdul Halim Soebahar, setiap aliran pasti membentuk kader militan, yang diharapkan dapat menjadi corong sekaligus pembela aliran tersebut. Karena itu, yang terbaik adalah memperkokoh benteng pertahanan jiwa dalam menghadapi melubernya aliran sesat. 

“Kita  harus memperkuat diri dan keluarga dengan memperdalam ajaran atau faham yang kita ikuti tanpa perlu melakukan diskriminasi terhadap faham keagamaan yang lain,” kata Abdul Halim Soebahar saat menjadi narasumber dalam Pelatihan Dakwah Inklusif di hotel  Green Hill, Jember, Ahad (11/2) lalu.

Pengasuh Pesantren Sofa Marwa, Pakusari, Jember tersebut menegaskan pentingnya menjaga kerukunan dalam menyikapi banyaknya aliran. Dikatakannya, siapapun boleh berkayakinan bahwa aliran yang dianutnya adalah yang terbaik. Namun keyakinan tersebut jangan sampai mengusik kelompok lain yang  juga meyakini  alirannya yang paling tepat. Sebab jika itu terjadi, maka akan terjadi saling klaim, bahkan permusuhan secara terbuka tidak bisa dihindari. 

“Kita tidak masalah punya keyakinan yang berbeda, namun jangan sampai saling menjelekkan satu sama lain,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua PC Lakspesdam NU Kencong, Jember, Jawa Timur, dalam laporannya berharap agar pelatihan tersebut setidaknya menjadi bekal bagi peserta dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang  rahmatal lil’alamin.  Dakwah yang baik, katanya, adalah dakwah yang memberikan kesejukan dan mendorong manusia untuk menghargai sesamanya, apapun perbedaannya.

“Kita ingin mewujudkan sebuah gerakan inklusi sosial yang mengajak masyarakat luas untuk bertindak setara-semartabat dalam kehidupan sehari-hari serta menjamin seluruh elemen masyarakat agar mendapat perlakuan yang setara dan memperoleh kesempatan yang sama sebagai warga negara, terlepas dari perbedaan apa pun,” urainya.

Pelatihan yang diselenggarakan oleh  PC Lakspesdam NU Kencong tersebut berlangsung selama dua hari, yang diakhiri dengan Deklarasi Jember Kabupaten Inklusi. (Aryudi A Razaq/Zunus)