Sidoarjo, NU Online
Banyak manfaat yang bisa dipetik dari kegemaran membaca shalawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Tak hanya kedamaian diri, juga manfaat lain hingga masuk surga.
“Karenanya, marilah kita perbanyak membaca shalawat, terlebih di bulan Rabiul Awwal, bulan kelahiran Nabi yang tepat pada hari Senin,” kata Wasid Mansyur, Kamis (15/11) malam.
Dalam pandangan dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini, memperbanyak shalawat, akan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Sebab Nabi adalah makhluk yang dicintai Allah, mencintai baginda Nabi berarti wujud mencintai Allah,” ungkap pengurus di Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama Jawa Timur tersebut.
Sebagai bukti atas penjelasannya, Wasid Mansyur kemudian menceritakan kisah yang disampaikan Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam salah satu kitabnya, Tanqihul Qaul al-Hatsitsi.
Dalam kitab tersebut diceritakan ada seorang sufi yang memiliki tetangga sangat nakal. “Ia tidak mengenal waktu baik malam dan siang dengan meminum minuman keras,” kata sang sufi.
Berbagai cara dilakukannya dari mulai memberikan saran, namun tidak membuahkan hasil. “Saya menyarankan agar bertaubat, namun yang bersangkutan juga tidak mau melakukan,” ungkapnya.
Hingga suatu ketika, sang pemabuk meninggal. “Tapi, menariknya dalam mimpiku ia bahagia sekali sebab berada di tempat yang sangat mulia dengan pakaian penuh perhiasan sebagai tanda meninggal dengan cara mulia,” jelasnya.
Karena penasaran, sang Sufi bertanya, amalan apa yang mengantarkan memperoleh kedudukan mulia tersebut. “Karena berkah Nabi Muhammad SAW saya memperoleh derajat ini,” jawab sang pemabuk.
Ternyata, dia pernah mendengar penjelasan. “Siapa yang membaca shalawat dengan keras, niscaya masuk surga,” katanya menirukan uraian salah seorang ustadz.
Dan sejurus kemudian, para jamaah yang berada di pertemuan tersebut bersama-sama membaca shalawat dengan keras, termasuk dirinya. “Dengan ketulusan ini, saya dan yang lain ternyata dalam waktu yang bersamaan mendapat ampunan dari Allah SWT berkah Nabi Muhammad SAW,” ungkapnya.
Dalam pandangan Wasid Mansyur, cerita tersebut menunjukkan betapa membaca shalawat kepada Nabi Muhammad sangat penting sebagai ekspresi cinta. “Sekaligus sebagai wasilah,” katanya.
Ketulusan membaca shalawat adalah jalan kebaikan yang mampu mengurai segala kebuntuan hidup akibat dosa yang telah dilakukan. “Tapi, dosa yang bersifat sosial, harus diselesaikan dengan gerak sosial, misalnya meminta maaf atau mengembalikan hak orang yang kita dzalimi,” sergahnya.
Bulan Rabiul Awwal menjadi waktu yang tepat untuk semakin memperbanyak membaca shalawat. “Dengan perbanyak membaca shalawat, semoga kita juga semakin dekat kepada Allah SWT,” tandasnya. (Ibnu Nawawi)