Daerah

Ciptakan Generasi Cinta Shalat

NU Online  ·  Rabu, 15 Agustus 2012 | 01:29 WIB

Semarang, NU Online
Setiap anak harus dilatih senang mengerjakan shalat, dididik cinta pada shalat agar menegakkan tiang agama tersebut. Karena itu guru dan lembaga pendidikan Islam harus serius mengajarkan hal itu kepada setiap murid. Idealnya, terus-menerus dilaksanakan dan dievaluasi. <>

Dosen Tasawuf di IAIN Walisongo Semarang Ahmad Musyafiq MAg menyampaikan hal itu kala mengisi materi dalam Pesantren Ramadan di SMP PAPB Semarang, dimulai minggu ketiga Ramadhan, baru-baru ini. 

Ia menjelaskan, cara melatih orang mencintai shalat adalah dengan melatih shalat yang khusyuk. Karena dengan khusyuk, ada perasaan tenang dan nyaman di hati pelakunya. Pengalaman yang nikmat itulah yang bisa membuat orang menyukai, sebagaimana ketika orang menikmati bermain. 

“Ciptakanlah generasi cinta shalat. Setiap anak-anak dan murid kita perlu dilatih shalat khusyuk, agar senang bersembahyang. Seperti senang pada aktivitas bermain,” ujarnya. 

Musyafiq menambahkan, khusyuk memang sulit, namun bisa dilatih menjadi kebiasaan. Caranya, dimulai dari latihan serius saat melafalkan bacaan dalam gerakan shalat. Serta serius menggerakkan anggota badan dalam af’al shalat. 

Pertama, anak dilatih serius niyat dan serius ketika takbirotul ihram.  Dengan serius, pikiran jadi fokus, sehingga tidak akan mengulang gerakan takbir karena kelupaan atau was-was. 

Berikutnya, melatih meresapi makna bacaan. Ini tentu perlu ditambah pelajarn Bahasa Arab ilmu-ilmu penunjangnya. Selanjutnya, mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud. Ini untuk melatih konsentrasi pikiran. 

“Khusyuk itu menata hati dan pikiran agar meresapi aktivitas shalat. Jadi mulut dan tubuh perlu dilatih dengan konsentrasi. Jika berhasil fokus, maka jiwa dan raga akan mudah mengarahkan pikiran bahwa aktivitas shalat adalah berkomunikasi dengan Gusti Allah Ta’ala. Pikiran tidak mengembara ke mana-mana,” jelasnya. 

Hal yang penting, lanjutnya, menanamkan dua keyakinan pada anak-anak dan melatih mereka mengepalkan dua tangan sambil berucap ”Saya bisa khusyuk” secara berulang-ulang. Ia pun mengajak para murid berlatih dengan praktek. 

“Saat takbirotul ihram, biarkan sang ruh menggerakkan kedua tangan melakukan takbir. Saat membaca surat rasakan sedang berdialog dengan Allah SWT melalui al-Fatihah. Kemudian saat ruku’, latih penyatuan konsentrasi di bawah perintah ruh. Kemudian Suci-kan dan Agung-kan Allah SWT dengan bacaan tasbih ruku’,”  bimbing wakil ketua Solat Center Jawa Tengah ini. 

Ia lanjutkan komandonya, usai sempurna melakukan ruku’, lakukan pengembalian sambil mengucapkan rabbana walakal hamdu dst (disertai penekanan suara),  hingga memperoleh suasana hati yang tenang. Sedangkan saat peng-Nol-an diri menuju posisi sujud, satukan tubuh, hati dan pikiran, kemudian sucikan dan tinggikan Allah SWT dengan bacaan tasbih sujud. 

“Adapun untuk tahiyat/tasyahud, sempurnakan duduknya dahulu lalu satukan lidah, hati dan pikiran (tuma’ninah), terus lafalkan bacaan tahiyat/tasyahud,” tuturnya.

Di akhir session, para murid dia ajak muhasabah melalui metode ”silatun”. Metode ini membuat anak-anak bisa membuktikan sendiri bahwa tubuh, pikiran dan hati bisa disatuan untuk nyambung kepada Allah SWT. 

Kepala Sekolah SMP PAPB Drs H Ramelan MH mengaku senang dengan training solat khusyuk tersebut. Ia mengharapkan melalui momentum pesantren ramadan ke-8 yang yang diikuti 356 murid sekolahnya itu, akan memunculkan nilai kemandirian untuk kematangan insan. 



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Muhammad Ichwan Ds