Bandung, NU Online
Kekerasan atas nama agama, hadir pada mereka yang kurang memperdalam substansi agama. Semangat mengamalkan ajaran agama secara literal yang diperparah dengan salah berguru, mendorong seseorang pada tindakan kekerasan. Sementara pemahaman terhadap agama yang tertuang dalam kitab suci, memerlukan perangkat kebahasaan dan kesejarahan di mana konteks ayat itu turun.
<>
Demikian disampaikan guru besar Universitas Darul Musthofa Yaman, Prof Dr Fahmi bin Abidun pada seminar anti terorisme di aula utama UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Rabu (1/10).
Menurut Fahmi, keterbatasan metologi inilah yang menghadirkan sikap intoleransi kelompok teroris terhadap kelompok di luar mereka. Mereka kerap menolak pemikiran agama yang lain.
“Kita sebagai masyarakat awam mesti berguru kepada ulama yang mempunyai pemahaman agama yang mendalam agar tidak mudah mengafirkan orang lain,” kata Fahmi.
Belajar kepada para ulama dan kiai menjadi cara efektif agar masyarakat terhindar dari pemahaman ektrem beragama. “Kafir-mengafirkan itu akibat dari kebodohan,” tegas Fahmi.
Salah satu cara menangkal radikalisme, ia mengajak untuk belajar kepada ulama yang mempunyai pemahaman agama yang mendalam agar tidak mudah mengkafirkan orang lain. Bagi orang yang berani mengkafirkan sesama muslim, ia menganggap orang tersebut adalah orang bodoh.
Kita tidak menginginkan Indonesia dipenuhi oleh tindakan bodoh terorisme, tandas Fahmi. (M Zidni Nafi’/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
3
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
4
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
5
Innalillahi, Menag 2009-2014 Suryadharma Ali Meninggal Dunia
6
Pemerintah Umumkan 18 Agustus 2025 sebagai Hari Libur Nasional
Terkini
Lihat Semua