Jombang, NU Online
Pondok Pesantren Al Mubtadi'ien Bahrul Ulum Tambakberas, Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur melatih santrinya melawan kabar hoaks. Yang dilakukan adalah dengan kerap mengadakan pelatihan jurnalistik yakni setiap pekan.
Ketua Pesantren Al Mubtadi'ien Bahrul Ulum Qurrata A'yuni mengatakan pelatihan jurnalistik di pesantrennya rutin diadakan pada Kamis malam. Untuk pematerinya didatangkan langsung dari sejumlah wartawan yang ada di Kabupaten Jombang secara bergantian.
"Setiap seminggu sekali kita punya kegiatan khusus yaitu pelatihan jurnalistik. Niat awalnya karena ingin melatih santri menulis dan mau mengisi majalah dinding yang sering kosong,” katanya. Kamis (9/8) malam. Tapi pemateri dari media Wartajatim.com dan NU Online diminta memberikan pelajaran melawan hoaks juga, lanjutnya.
Menurutnya kegiatan ini sudah berjalan selama dua tahun. Kini para santri sudah mulai ada yang bisa menulis dan menginformasikan kegiatan yang berlangsung di pondok. Tulisan para santri ini lalu dinaikkan ke website dan media sosial pesantren.
"Dulu, tulisan para santri acak-acakan. Tapi sekarang sudah seperti seorang jurnalis,” ungkapnya. Standar berita harus mengandung 5W 1H (what, where, when, who, why, how). Bahkan mereka juga sudah bisa membedakan mana kabar hoaks dan benar, tambahnya.
Dara yang duduk di kelas XII Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Jombang ini menyebutkan manfaat lain dari kegiatan ini yaitu dakwah bil qalam (tulisan). Dakwah dengan tulisan lebih mudah disebarkan lewat media sosial Facebook, Instagram dan website serta menembus jarak dan waktu.
"Dakwah bil qalam itu bisa sampai ke mana-mana dibanding dakwah bil lisan,” ungkapnya.
Sebenarnya para santri memiliki wawasan luar biasa karena didukung kitab kuning yang banyak. “Hanya saja mereka lemah dalam jurnalistik,” kilahnya. Dengan kegiatan ini saya berharap para santri giat belajar agar bisa nantinya melakukan dakwah dengan tulisan, lanjut A'yun.
Sementara itu, salah seorang peserta, Hanifah menyebutkan kegiatan sangat bermanfaat baginya. Dengan adanya kegiatan ini ia merasa mendapat wawasan baru berkaitan dengan jurnalistik dan kepenulisan pada umumnya.
Gadis yang bercita-cita menjadi reporter majalah dan media online ini berharap bisa syiar Islam lewat tulisan seperti KH Hasyim Asy'ari yang punya banyak karya tulis. Karena selama ini masih sedikit santri yang menggeluti dunia penulisan. Walaupun secara keilmuan mereka mumpuni.
"Saya jadi tahu tata cara menulis yang baik dan benar. Dari hasil pelatihan ini saya jadi tahu kalau selama ini tulisan saya banyak yang salah,” katanya.
Dirinya juga menyadari banyak ilmu yang tidak diketahui sebelum mengikuti kegiatan. “Kita juga diskusi banyak hal, tidak hanya jurnalistik di sini. Seperti opini, puisi dan cerita pendek," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Ibnu Nawawi)