Daerah

Cara Kader NU Semarang Urus Orang Gangguan Jiwa

Kam, 24 September 2020 | 16:00 WIB

Cara Kader NU Semarang Urus Orang Gangguan Jiwa

Relawan NU Kota Semarang bantu pasien gangguan jiwa ditujuk ke rumah sakit (Foto: Dokumen Ansor)

Semarang, NU Online

Petuah gerakan Nahdlatul Ulama (NU) yang mengajarkan NU tidak kemana-mana tapi ada di mana-mana diterapkan oleh kader muda NU Kota Semarang, Jawa Tengah di bidang kesejahteraan sosial. Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), pengemis, gelandangan, dan orang telantar (PGOT) diurus dengan telaten tanpa kenal waktu.

 

"Kapan pun ada laporan masuk di Call Center 112, segera kita tindak lanjuti, termasuk saat pandemi ini, " kata Wakil Sekretaris Muslimat NU Kota Semarang Dwi Supratiwi pada NU Online, Kamis (24/9).

 

Disebutnya, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMU), Ansor-Banser, Fatayat NU, Muslimat NU mengambil peran mengurusi kesejahteraan sosial sebagai Tim Penjangkauan Dinas Sosial (TPD) Kota Semarang.

 

"Selain bergerak atas nama NU, kader muda NU juga perlu bergerak bersama pemerintah. Sinergi ini juga bukti bahwa NU menjaga keutuhan NKRI," ujarnya.

 

Koordinator TPD Kota Semarang ini melanjutkan, ODGJ maupun PGOT yang meresahkan masyarakat kerap masuk dalam laporan CC 112. Dari laporan tersebut, para petugas segera ke lokasi dalam waktu tidak boleh lebih dari 2 jam. 

 

Teknisnya, bisa langsung berkendara sendiri ke lokasi atau berkumpul di kantor Dinsos Kota Semarang terlebih dahulu. TPD juga mendapatkan dukungan berupa mobil dan mobil ambulans yang selalu siap digunakan. 

 

"Kita langsung melakukan asesmen (pendataan) terhadap kelayan (istilah penerima manfaat bantuan dari dinas sosial,red) di lokasi tersebut," kata aktivis perempuan NU yang mendapatkan penghargaan dari Anne Avantie atas kepeduliannya terhadap PGOT.

 

Tiwi, sapaan akrabnya menyebut beberapa layanan sosial yang diberikan oleh Bidang Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kota Semarang meliputi merujuk ke panti pemerintah maupun panti kerjasama, mendampingi orang telantar tanpa identitas agar mendapatkan layanan medis di rumah sakit, dan sebagainya.

 

"Kabid Rehabsos, Tri Waluyo yang melakukan koordinasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar program berjalan lancar. Beliau memang konsen soal pendidikan dan sosial," aku mantan Ketua IPPNU Kota Semarang.

 

Anggota Banser Kota Semarang, Budi Santoso yang menjadi salah satu koordinator wilayah (Korwil) TPD menerangkan, hasil pendataan akan dilanjutkan dengan pendampingan. 

 

"Kalau ODGJ atau PGOT biasanya masuk ke panti rehabilitasi sosial. Mereka yang sudah masuk juga kita bawa ke RSJ untuk terapi pengobatan. Karena ini sedang ada wabah, ya sebelum ke panti dicek kesehatannya dulu, dipastikan bebas Corona," ungkapnya.

 

Pengalaman yang sama juga dirasakan Rofi Andaryani, aktivis Fatayat Tembalang yang juga Korwil TPD. Dirinya pernah bersama mantan Ketua GP Ansor Semarang, M Busro membawa kelayan ke panti rehabilitasi Among Jiwo di Kecamatan Ngaliyan. 

 

"Waktu itu ambulans Dinsos disupiri Pak Busro," katanya.

 

Keluarga kelayan yang depresi berat kata Rofi, meminta bantuan agar anaknya dibawa ke RSJ Dr Amino Gondhohutomo. Kasus lain, ada seorang mantan wanita pekerja seks (WPS) yang membawa keponakannya mengemis untuk menarik simpati. 

 

"Pernah juga bersama Pak Dadang FKPPI juga pernah membawa wanita dengan bayi 11 bulan untuk mengemis, ternyata itu anak adiknya," bebernya.

 

TPD sebagai tim reaksi cepat Dinsos Semarang beranggotakan orang-orang yang konsen pada persoalan sosial. Tak hanya dari NU, TPD juga diisi oleh para pegiat organisasi dari berbagai Ormas dan LSM. 

 

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz