Daerah

Bulan Sya'ban, Perbanyak Baca Shalawat

NU Online  ·  Sabtu, 13 Mei 2017 | 16:40 WIB

Purworejo, NU Online
Barangsiapa yang ingin ditinggakan derajatnya, hendaknya memperbanyak membaca shalawat. Demikian pesan yang disampaikan KH Achmad Chalwani dalam acara "An-Nawawi Bershalawat" di komplek PP An-Nawawi Berjan, Purworejo, Ahad (13/5) malam.

Dalam kitab Madza Fi Sya'ban, kata Kiai Chalwani, disebutkan bahwa bulan Sya'ban adalah bulan shalawat. "Hal ini karena ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan shalawat diturunkan oleh Allah pada bulan Sya'ban, yaitu: innallaha wamalaikatahu yushalluna 'alan nabi ya ayyuhalladzina amanu shallu 'alahi wasallimu tasliema," terangnya.

"Ketika Allah perintah kita shalat, Allah sendiri tidak shalat. Ketika Allah perintah zakat, Allah tidak zakat, karena zakat untuk menyucikan, sedangkan Allah dzat yang paling suci. Ketika Allah perintah puasa, Allah tidak puasa, karena puasa itu benteng, sedangkan Allah lah benteng atau pelingdung itu sendiri. Ketika Allah perintah haji sowan baitullah, Allah tidak haji karena Allah lahtuan rumah. Akan tetapi ketika Allah perintah kita bershalawat, sebelum malaikat dan manusia bershalwatat, Allah sudah bershalwat, memberikan rahmat ta'dzim kepada Nabi Muhammad saw," terangnya di tengah ribuan hadirin.

Bahkan dalam berfirman terkait shalawat ini, lanjut Kiai Chalwani, Allah menggunakan "inna" dan dengan fiil mudzari, yushalluna. Dalam ilmu gramatika Arab, kata inna digunakan ketika orang belum percaya atau masih ragu. Ini artinya shalawat bukan hanya diwajibkan, tetapi sangat diwajibkan. Sedangkan fiil mudlari berupa yushalluna, berarti Allah senantiasa bershalawat, tak pernah berhenti bershalawat, hari ini, esok dan seterusnya.

"Adapun shalawat yang paling tua adalah Shalallah 'ala Muhammad. Maka, shalawat ini merupakan ummu shalawat, induk dari shalawat," terangnya.

Lebih lanjut mantan DPD RI Jateng ini menerangkan, ketika Nabi Adam hendak menikah dengan Hawa. "Allah meciptakan Hawa kemudian langsung memakaikan pakaian terturup, memakai jilbab. Meski Hawa telah memakai jilbab, Nabi Adam tetap mengamati. Mohon maaf untuk para ibu, ini memang naluri lelaki, meski sudah tertutup, lelaki tetap mengamati," terangnya, disambut riuh hadirin.

Kemudian, lanjut Kiai Chalwani, Adam ingin memegang tangan Hawa dan ditegur oleh Allah, "Belum boleh memegang sebelum menikah. Kemudian Adam konsultasi kepada penasehat hukumnya, malaikat Jibril. Jibril melamarkan dan diterima Hawa dengan syarat, yaitu membaca shalawat kepada Nabi Muhammad. Nabi Adam belum bisa membaca shalawat, kemudian Jibril bilang: qul shalallah ala Muhammad. Menikahlan Nabi Adam dengan dewi Hawa dengan "mas kawin" shalawat."

Acara An-Nawawi Bershalawat merupakan salah satu rangkaian Akhirussanah Pondok Pesantren An-Nawawi. Disela-sela bershalawat, Kiai Chalwani menyisipkan ceramah dengan berbagai tema. Tampak hadir beberapa tokoh ulama dan dewan asatidz pesantren tersebut. (Ahmad Naufa/Zunus)