Daerah

Buku Putih “Benturan NU-PKI” Dibedah di UGM

Ahad, 1 Maret 2015 | 16:30 WIB

Yogyakarta, NU Online
Tragedi konflik 1965 tidak bisa dilepaskan dari sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI). Untuk melihat konflik itu secara proporsional perlu melihat detikdetik kejadian sebelumnya.
<>
Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H. Abdul Mun’im DZ dalam acara bedah buku “Benturan NU-PKI 1948-1965” di aula Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (28/02) pagi.

“Kaitannya dengan NU, kita bisa melihat berbagai peristiwa yang terjadi tahun 1948. Peristiwa pemberontakan PKI di Madiun, dan ketegangan politik antara massa NU dan PKI pada dekade 1950-an hingga awal tahun 1960-an,” tuturnya.

Ketua Tim Penulis buku ini menambahkan, adanya buku ini untuk mejawab keprihatinan NU. Karena adanya pihak-pihak yang memprovokasi dengan menyudutkan NU sebagai pelaku pelanggar berat dalam peristiwa 1965 (G30S/PKI).

Banyak kelompok yang melakukan pembelaan terhadap PKI, dan sebaliknya menyalahkan NU, terutama Barisan Ansor Serbaguna (Banser). “Padahal Sukarno sangat mengapresiasi NU yang mampu mengonsolidasi nasional, terutama Banser, di tengah masyarakat yang tengah bercerai-berai,” tegas yang juga alumnus UIN Sunan Kalijaga itu.

Menurut Mun’im, NU tetap setia kepada Sukarno dengan syarat PKI harus dibubarkan. Apa yang dilakukan NU adalah semata-mata membela negara dan Pancasila. “Karena tidak ada lagi Masyumi dan PSI, maka kekuatan saat itu adalah NU, TNI dan PKI. Sebab itu NU di parlemen berjuang untuk membubarkan PKI. NU tidak rela PKI duduk di kabinet,” tegasnya.

Bedah buku ini mendatangkan dua narasumber lain, yaitu Kepala Pusat Studi Pancasila UGM Prof. Dr. Sudjito, S.H., M.Si. dan M. Jazir sebagai pembedah buku setebal 239 halaman. Diskusi yang dimoderatori Hendro ini diikuti para guru sejarah, civitas UGM dan beberapa santri. (Suhendra/Mahbib)