Banyumas, NU OnlineÂ
Untuk menangkal maraknya berita bohong dan ujaran kebencian di media sosial yang semakin hari kian berkembang, Pengurus Lembaga Ta'lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Banyumas bersama lintas komunitas dan organisasi menggelar acara Training For Trainer (TFT) Indonesia Bijak.Â
Acara yang diikuti oleh ratusan peserta dari LTN NU, IPNU IPPNU, GP Ansor, Komunitas, Organisasi Masyarakat, dan Kampus se Eks Karesidenan Barlingmaskep tersebut digelar Sabtu-Ahad, (28-29/7) di Hotel Rosalia Indah Baturaden, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.Â
Ketua LTN NU Banyumas, Ahda Rujito mengatakan, kegiatan Training For Trainer (TFT) Indonesia Bijak yang digelar dengan berbagai komunitas dan organisasi tersebut merupakan ikhtiar dari teman-teman muda untuk terus menyuarakan kebenaran.
"Ini merupakan bentuk komitmen kami agar tetap terus menciptakan dan menyebarkan konten-konten positif di media sosial," katanya.Â
LTN NU Banyumas, sebagai salah satu lembaga yang mengurus tentang media dan penerbitan NU itu tak bisa berjalan sendirian dalam menangkal berita hoaks, begitu juga dengan komunitas atau organisasi lainnya. "Kita tetap butuh teman, butuh jaringan, agar lebih mudah dalam segala sesuatunya," lanjut prian yang akrab disapa Djito itu.Â
Joko, salah satu pembicara dan panitia kegiatan TFT Indonesia Bijak adalah suatu semangat atau ghirah yang disebarkan kepada masyarakat untuk bijak dalam menggunakan media sosial.Â
"Indonesia Bijak bukanlah sebuah organisasi, melainkan suatu rasa semangat yang kita tularkan kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial," katanya.Â
Bijak bermedia sosial, lanjut Joko salah satunya adalah dengan tidak mudah ikut-ikutan mengeshare tulisan atau artikel yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya, serta tidak seenaknya menulis dalam statement di media sosial.Â
"Maraknya berita hoaks di Indonesia jelas sangat membahayakan keutuhan, kesatuan dan persatuan dalam masyarakat," tegas Joko.Â
Karena intensnya berita hoaks yang tersebar, sebuah negara bisa dibuat hancur olehnya. Joko mencontohkan, ada salah salah satu negara di benua Afrika yang dulu pernah hancur karena hoaks.Â
"Tragedi pembantaian Rwanda tahun 1994, salah satunya disebabkan oleh maraknya ujaran kebencian yang disebarluaskan melalui radio selama kurang lebih setahun," jelas pria asal Solo itu. (Kifayatul Ahyar/Muiz)