Daerah

Betapa Bahagia dan Nikmatnya Menjadi Indonesia

Ahad, 4 Maret 2018 | 12:30 WIB

Pringsewu, NU Online
Bangsa Indonesia harus bersyukur kepada Allah SWT karena telah menganugerahkan kedamaian dan kesejukan ditengah keberagaman Agama dan budaya yang dimiliki. Para pendahulu bangsa Indonesia telah meletakkan pondasi kuat kebersamaan dalam satu ikatan yaitu Pancasila. Tugas generasi saat ini adalah terus menjaga NKRI agar tetap eksis menjadi contoh kedamaian ditengah keberagaman.

Hal ini disampaikan oleh Bupati Pringsewu KH Sujadi saat memberikan sambutan pada Silaturahmi Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dengan Forkopimda, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Pemuda se-Kabupaten Pringsewu yang dilaksanakan di Pondok Pesantren YPPTQMH Ambarawa, Ahad (4/3) siang.

Sebagai kelompok mayoritas, umat Islam di Indonesia tidak memaksakan semua hukum negara menggunakan hukum Islam. Namun nilai-nilai agama Islamlah yang ditanamkan dan terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui sila-sila dalam Pancasila.

"Betapa bahagia dan nikmatnya menjadi Indonesia. Nilai-nilai Islam mampu diimplementasikan dalam Pancasila yang diambil dari Piagam Jakarta dan Piagam Jakarta sendiri diambil dari Piagam Madinah," katanya.

Selain itu nilai keislaman juga mampu mewarnai istilah-istilah dalam pemerintahan yang jarang orang Islam sendiri tahu akan hal ini.

"Sebut saja istilah DPRD yang sejatinya diambil dari Bahasa Arab. Dewan berasal dari Kata Ad-Diwan, Perwakilan dari kata Al Wakil, Rakyat dari kata Ro'iyah dan Daerah dari kata Ad Dariah," ia mencontohkan.

Penjelasan senada juga disampaikan Dandim Tanggamus Pringsewu Anang Hasto Utomo yang mengingatkan bahwa keragaman yang merupakan anugerah ini harus disyukuri dengan berusaha mempertahankannya dari kondisi perpecahan akibat adu domba pihak lain.

Saat ini menurut Hasto, tren peperangan dan adu domba didunia tidak lagi menggunakan sistem pengerahan pasukan dan alat perang. Namun beberapa pihak menggunakan isu-isu perbedaan paham Agama atau sejenisnya untuk memecahbelah sebuah bangsa. Ia mencontohkan bagaimana banyak negara yang sampai dengan saat ini terus dirundung konflik dan diadu domba oleh pihak tertentu yang motifnya adalah mengambil keuntungan dari perpecahan yang muncul.

"Proxy War saat ini menjadi tren memecahbelah sebuah negara diantaranya melalui isu yang disebarkan dimedia sosial," ujarnya.

Terkait tren Proxy War ini, Kapolres Tanggamus-Pringsewu Alfis Suhaili yang juga hadir pada acara tersebut mengingatkan semuanya untuk berhati-hati beraktifitas didunia maya khususnya media sosial. Media ini banyak digunakan oknum tidak bertanggung jawab untuk melakukan propaganda dengan mudah dan dengan biaya murah.

"Hati-hati dan seringlah konfirmasi berita yang diterima. Kalau dulu ada istilah Slip of the Tongue (salah ucap) saat ini ada Slip of the Thumb (salah pencet)," ungkapnya. (Muhammad Faizin)