Daerah

Bantu Petani, Mesin Perontok Padi Karya Pemuda NU Ciamis Diproduksi Massal

Ahad, 16 Agustus 2020 | 16:00 WIB

Bantu Petani, Mesin Perontok Padi Karya Pemuda NU Ciamis Diproduksi Massal

Mesin perontok padi karya pemuda NU Ciamis. (Foto: Dok Istimewa)

Jakarta, NU Online

Kisah inspiratif datang dari Dusun Baregbeg Rt 14 RW 04 Desa Baregbeg Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Seorang pemuda NU bernama Miftahurrohman (30) menginisasi produksi mesin perontok padi secara massal. 

 

Mesin yang diberi merk ‘minimalis’ tersebut dibuat Miftah untuk membantu meringankan para petani saat musim panen tiba. 

 

Selama ini para petani memanen padi secara manual, ada yang menggunakan mesin perontok tetapi hasilnya tidak maksimal. Harus dilakukan beberapa kali penyaringan agar padi tersebut bersih dan siap digiling. Disisi lain, mesin perontok padi yang di jual di pasaran harganya lumayan tinggi. 

 

Miftah mengaku kasihan melihat kondisi tersebut karena para petani membutuhkan waktu yang panjang dan tenaga yang ekstra belum lagi pembelian mesin perontok padi yang membutuhkan uang banyak. 

 

Akhirnya tahun 2016 saat Miftah memutuskan tinggal di kampung halamannya, Miftah coba-coba membuat mesin perontok padi dengan bahan seadanya. Modal untuk menunjang produksi mesin tersebut terbilang murah hanya dua juta rupiah.

 

Kini setelah hadir mesin perontok padi karya Miftah, para petani bisa membeli mesin dengan harga yang terjangkau. Selain itu proses panen padi oleh para petani bisa lebih cepat dengan hasil perontokan mesin yang maksimal. 

 

Pengurus PAC Ansor Lakbok ini menceritakan, kemampuan dia membuat mesin perontok padi di latar belakangi saat kuliah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Kebumen, Jawa Tengah tahun 2010 silam. 

 

Selama kuliah di STAINU Miftah tinggal  di pabrik las milik kaka temannya. Saat itulah Miftah belajar ngelas secara mandiri hingga akhirnya mampu mengoperasikan mesin las. 

 

“Jadi saya bisa ngelas itu tekhnis pertama membuat perontok padi. Kerangka besinya kan bisa di las saya adopsi  mesin perontok padi yang ada. Kemudian saya coba-coba, saya juga banyak diskusi dengan para petani terutama saudara saya,” kata Miftah yang juga Alumnus Pesantren Riyadlotul Uqul Nampudadi, Kebumen ini kepada NU Online dihubungi dari Jakarta, Ahad (16/8) sore. 

 

Keunggulan mesin perontok padi yang dibuat Miftah dengan mesin perontok padi milik pabrik lain adalah hasil perontokan padi yang bersih dan bentuknya yang ringan. Tidak hanya itu, mesin perontok padi yang sudah mendapat izin dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut cara mengoperasikannya sangat mudah. 

 

Menurut Miftah, untuk menseriusi usahanya dia merekrut 6 teman sebayanya untuk membantu memasarkan mesin perontok padi karyanya itu. Enam orang tersebut dibagi tugas, ada yang mengurus pemasaran secara online, ada yang fokus menyiapkan bahan-bahan pembuatan mesin perontok padi. 

 

Sejak di produksi massal tahun 2017 sudah ada 150 unit yang terjual. Para pembelinya berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

 

“Awalnya dari petani ke petani, mereka coba pesan ke saya. Terus dipake, para petani merasa terbantu dan puas apalagi harganya minimalis jadi mereka tertarik,” papar pria kelahiran 5 januari 1987 ini. 

 

Miftah menuturkan, perontok padi minimalis menggunakan merk fangil dan type BKT 01 sebagai bahannya. Sementara perangkat yang lain adalah besi yang di las dan paku. Selanjutnya, lama produksi untuk 1 unit perontok padi yakni 5 sampai dengan 6 hari. Satu unit mesin perontok padi minimalis dihargai Rp 3,5 juta. 

 

“Merk mesin perontok padi ini yakni minimalis. Minimalis bentuknya, cara kerjanya, mudah mengoperasikannya, ringan di bawa ke sawah, harganya terjangkau. Secara hasil lebih bersih juga lebih mudah pengoperasiannya,” ucap aktivis PMII Institut Agama Islam NU (IAINU) Kebumen ini. 

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan