Bekasi, NU Online
Masyarakat perlu mendapatkan penjelasan yang menyeluruh terkait pengolahan sampah. Apalagi di kawasan padat penduduk, sangat penting mengelola sampah secara mandiri. Hal tersebut kian mendesak di musim penghujan seperti saat ini.
Penjelasan tersebut disampaikan Fitri Aryani pada Bimbingan Teknis Komunitas di Kawasan Industri yang dilaksanakan di D'Khayangan Senior Living Jababeka, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/3).
Direktur Bank Sampah Nusantara (BSN) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) ini hadir pada kegiatan yang digagas Direktorat Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hal tersebut dalam rangka mendorong peran serta masyarakat dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
"Saya diminta untuk bicara soal pengelolaan sampah anorganik, inovasi pemanfaatan sampah plastik menjadi ecobrick,” kata Fitri, sapaan akrabnya.
Dalam pandangannya, di kawasan Jababeka ada kurang lebih 13 desa yang setiap desa ada perwakilan mulai dari karang taruna, PKK, bank sampah, dan ecovillage. “Mereka datang untuk diedukasi terkait pengelolaan sampah plastik,” jelasnya.
Di sejumlah desa itu ternyata Tempat Penampungan Akhir (TPA) dan Tempat Penampungan Sampah (TPS) sudah tidak lagi mampu menampung. “Jadi, sebenarnya sangat penting mulai mengelola sampah sendiri,” ungkapnya.
Dirinya juga menyebutkan beberapa desa ternyata sudah terkena imbas banjir. “Meskipun sebenarnya banjirnya kiriman, tapi ketika pintu air dibuka, pasti terkena imbasnya,” katanya.
Karenanya, masyarakat harus menyadari bahwa bila tanpa tumpukan sampah, banjir tidak terlalu besar dan merugikan. “Jadi kalau hanya banjir kiriman sebenarnya sudah ada solusinya. Tapi kalau ditambah dengan persoalan sampah, warga juga merasa penanganan ini sangat penting,” jelas Fitri.
Menurutnya, sampah khususnya dari plastik bukan semata berdampak pada lingkungan, juga kesehatan. “Misalnya kita makan ikan, sapi dan kambing yang kadang makan plastik di TPA atau di TPS, itu sangat bahaya,” tegasnya.
Ia juga menyayangkan kurangnya perhatian perusahaan. “Kawasan Jababeka memiliki corporate social responsibility
atau CSR, tapi selama ini tidak ada yang menyentuh lingkungan,” keluhnya.
Dengan kegiatan yang digelar, dirinya berharap peserta kian menyadari pentingnya menjaga lingkungan dari sampah. “Dengan pelatihan ini, masyarakat mulai melek kebutuhan lingkungan,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)