Atasi Buta Aksara, Pelajar NU Bolak-Balik Surabaya-Jombang
NU Online · Selasa, 10 Februari 2015 | 13:29 WIB
Jombang, NU Online
Setiap pekan sejumlah pelajar NU meninggalkan kampusnya di Surabaya untuk menuju Jombang. Mereka di akhir pekan mengajar baca-tulis warga di sekitar utara Brantas, Jombang. Mereka rela menempuh jarak yang tidak dekat itu untuk mengentaskan buta huruf yang diidap banyak warga setempat.
<>
Ketua IPNU Ngusikan Jombang Hendra Setiawan salah satu dari relawan itu. Sudah 3 bulan lebih Hendra yang tengah kuliah jurusan PLS Unesa Surabaya ini, menjalani aktivitas tersebut.. Hal itu dilakukan untuk mengajar ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok buta aksara di dusun Munggut desa Ngusikan, Jombang.
"Kalau ngajar ibu-ibu setiap Selasa malam dan Jumat malam. Tetapi saya senang meski harus tiap minggu pulang dua hari," ujar Hendra.
Selain Hendra, kader IPNU yang berstatus mahasiswa seperti Miftahul Ulum, Yusuf, dan Roziq juga tercatat sebagai tutor bagi 60 warga Cupak, Ngusikan, yang ikut pembelajaran Keaksaraan Fungsional (KF).
"Ada 6 kelompok di Cupak. 3 kelompok di dusun Munggut dan 3 kelompok di dusun Cupak. Setiap kelompok 10 orang. Mereka rata-rata berusia antara 40 hingga 60 tahun," imbuhnya.
Ia bersama kader-kader NU bertekad untuk membantu pemberantasan buta aksara. Untuk program KF, pembelajaran yang diajarkan mencakup pengenalan huruf, membaca, menulis hingga berhitung. Proses belajar dilakukan pada malam hari antara pukul 19.00 hingga 21.00 WIB.
"Alhamdulillah selama tiga bulan ini KF sudah rampung. Kini menginjak Keaksaraan Usaha Mandiri, membuat kerajinan sandal dan tikar dari pandan dan membuat kue," ujar Dahril Kamal (Gus Ariel) yang pernah menjadi Katib Syuriyah MWCNU Ngusikan.
Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), kata Gus Ariel, memanfaatkan potensi alam daerah yang berada di tengah hutan Ngusikan. Karena, desa Cupak berada di tengah hutan yang ditempuh dengan jalan terjal dan berliku, sekitar 11 km dari kecamatan Ngusikan. Banyak pepohonan pandan di samping jati.
"Untuk bahan kerajinan, warga tidak beli. Mereka kini menunggu peran pemerintah untuk ikut memasarkan hasil kerajinan warga peserta KUM," imbuhnya.
Sementara salah satu peserta KF Genah (67) ini rela menempuh jarak 6 km dari rumahnya bersama belasan perempuan untuk belajar bersama. Nenek asal dusun Munggut yang telah memiliki 7 cucu ini menumpak kendaraan terbuka. Genah yang hanya sempat mengenyam pendidikan hingga kelas 1 sekolah dasar (dulu SR), masih bersemangat meski terlihat malu-malu.
"Dulu hanya sampai kelas 1, karena gurunya meninggal dunia, dan sekolahnya bubar," ujarnya dengan bahasa Jawa saat menjawab pertanyaan Wakil Bupati Hj Mundjidah Wahab yang menjadi guru tamu dadakan. (Muslim Abdurrahman/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
4
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
Terkini
Lihat Semua