Masih menjamurnya aliran sesat di Indonesia membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bojonegoro melakukan serangkaian langkah startegis.
Salah satunya adalah dengan cara mendata peta dakwah yang ada di Kota Ledre. Sebab, dengan begitu akan bisa terpantau terus model dakwah dan proses pengajarannya.<>
Data yang dihimpun beritajatim.com di lapangan, Sabtu (20/2/2010) menyebutkan, kalau sejauh ini MUI telah mengimbau masyarakat agar jangan main hakim sendiri terhadap penganut aliran sesat.
"Kami tidak ingin adanya keliaran dan kebrutalan dalam pemikiran tentang agama," kata Ketua MUI Bojonegoro, KH Jauhari Hasan seperti dilansir beritajatim.com.
Dijelaskan, MUI Bojonegoro juga terus menerus menggelar rapat koordinasi bersama perwakilan MUI di tingkat kecamatan-kecamatan. Selain itu juga dilibatkan paguyuban umat beragama (PUB) dan Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Politik (Bakesbanglinmaspol) Pemkab Bojonegoro pada peremuan tersebut.
"Masyarakat sebaiknya bekerja sama dengan pihak yang berwenang apabila menegetahui aliran sesat," tegasnya.
Menurutnya, aparat keamanan akan bertindak cepat agar masyarakat tidak main hakim sendiri. Dengan begitu, kekerasan meluas akan bisa segera dihindari. Kyai Jauhari mengaku bersyukur, karena selama ini belum ada laporan mengenai keberadaan aliran sesat di Bojonegoro.
Walaupun begitu, tidak ada salahnya jika hal itu diantisipasi sejak dini. "Dengan pertemuan rutin diharapkan semakin jelas peta dakwah di Kabupaten Bojonegoro," lanjutnya.
Selain untuk pendataan, peta dakwah itu juga dalam rangka menguatkan iman dan taqwa (imtaq) di masyarakat. Sehingga, mereka semakin akan tegus dalam mendalami agamanya. Sebab, yang menjadi masalah adalah, para pemeluk aliran sesat itu mengajarkan kepercayaannya kepada orang lain, sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat.
Sementera itu Ketua PUB Bojonegoro, KH Alamul Huda menjelaskan, sejak 1980-an, MUI telah mengeluarkan fatwa 10 aliran sesat. Di antaranya, aliran Ingkar Sunnah, Ahmadiyah, Islam Jamaah, salat dua bahasa, komunitas Lia Eden, Salamullah, dan Al-Qiyadah Al-Islamiyah.
"Masyarakat diharapkan tetap waspada dengan perkembangan budaya diera modern ini," sambungnya. (mad)
Terpopuler
1
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
2
Gus Yahya: NU Bergerak untuk Kemaslahatan Umat
3
Munas Majelis Alumni IPNU Berakhir, Prof Asrorun Niam Terpilih Jadi Ketua Umum
4
Ketum PBNU Resmikan 13 SPPG Makan Bergizi Gratis di Lingkungan NUĀ
5
Di Tengah Fenomena Bendera One Piece Badan Siber Ansor Ajak Generasi Muda Hormati Merah Putih
6
PPATK Tuai Kritik: Rekening Pasif Diblokir, Rekening Judol Malah Dibiarkan
Terkini
Lihat Semua