Daerah

Aspirasi Pemuda Jambi untuk Capres-Cawapres 2024: dari Konflik Agraria hingga Kerusakan Lingkungan

Kam, 23 November 2023 | 18:15 WIB

Aspirasi Pemuda Jambi untuk Capres-Cawapres 2024: dari Konflik Agraria hingga Kerusakan Lingkungan

Ilustrasi pemilu. (Foto: dok. istimewa)

Jambi, NU Online

Pandu Dwi Prasetyo (27), pemuda asal Jambi mendorong agar calon presiden dan calon wakil presiden yang akan bertarung pada pemilu 2024 untuk peduli soal konflik agraria dan isu lingkungan hidup. 


"Kita berharap calon presiden dan wakil presiden mengangkat isu konflik agraria dan lingkungan yang terjadi di Sumatera, khususnya Jambi sehingga tidak Jawa sentris," harap Pandu.


Dikatakannya, di Jambi seringkali terjadi konflik agraria yang melibatkan perusahaan besar dengan masyarakat sehingga untuk menyesuaikan masalah ini perlu kekuatan besar.


Tidak hanya itu, pembukaan lahan baru kebun sawit secara besar-besaran juga memperpanjang daftar perusakan lingkungan hutan dan menyebabkan konflik baru perusahaan sawit dengan masyarakat.


"Pemilik perusahaan sawit ini memiliki izin dari Jakarta, mereka buka lahan dengan cara dibakar. Sementara kantor resminya ada di luar negeri. Mereka dapat uangnya, kita dapat dampak negatifnya," imbuhnya.


Dikatakannya, kerusakan lingkungan di Jambi bisa terlihat dari warna air sungai Batanghari yang tidak pernah jernih akibat penambangan emas. Begitu juga penambangan batu bara yang pengangkutannya menggunakan jalan umum.


Selain itu, masalah pelayanan publik di wilayah Sumatera juga masih kurang bagus. Beberapa kantor dinas, camat, kantor desa, puskesmas di daerah terpencil sering tutup. 


"Pembangunan di Sumatera, khususnya Jambi ini kurang merata. Banyak jalan yang rusak. Padahal tambang batu bara ada, minyak bumi ada, semoga pemimpin selanjutnya memperhatikan Jambi," harap dia.


Sementara itu, pemilihan umum (pemilu) 2024 juga menarik perhatian aktivis muda di pulau Sumatera, Dede Irawan (29). Khususnya terkait pemilihan presiden dan wakil presiden 2024.


Menurut Irawan, saat ini Indonesia butuh pemimpin yang dapat menyelesaikan problem kompleks Indonesia, seperti kesenjangan kesejahteraan, rendahnya daya saing, korupsi yang masih merajalela, penegakan hukum yang lemah, negara agraris tetapi menjadi importir produk pertanian, dan tingginya angka pengangguran.